[Identitas
Buku]
Judul Buku : Petjah
Penulis : Oda Sekar Ayu
Editor : Afrianty P. Pardede
Design Cover : Arieza Nadya
Penerbit : Elex Media Komputindo
Cetakan : Cetakan Ke-1
Tahun Terbit : 2017
Halaman : 314 Halaman
ISBN : 978-602-02-9595-4
Harga : Rp. 64.800,- (sebelum diskon via http://www.gramedia.com/conf-petjah.html)
My Rating : 4 / 5
****
[Sinopsis]
Nadhira menyayangi Dimas, tetapi Dimas
membenci Nadhira. Semesta menyayangi Nadhira dan
memberinya satu permintaan untuk dikabulkan. Nadhira meminta Dimas beserta hatinya. Permintaan pun dikabulkan semesta.
Kemudian hadir
satu orang lagi dalam permainan ini. Biru. Biru menyayangi
Nadhira, namun bisakah Nadhira menyayangi Biru?
Satu
dari seribu, aku mau kamu.
Adalah puisi hati Nadhira untuk cinta pertamanya.
Adalah puisi hati Nadhira untuk cinta pertamanya.
Satu
dari seribu, memang harus kamu.
Adalah sepenggal puisi harapan Biru untuk masa depannya.
Semesta mempermainkan Nadhira dan membuat hidupnya petjah.
Adalah sepenggal puisi harapan Biru untuk masa depannya.
Semesta mempermainkan Nadhira dan membuat hidupnya petjah.
****
[Resensi]
“Katanya kalau dapat hujan terus
menerus di bulan Juli, berarti semesta lagi kasih pertanda. Mereka akan menukar
hujan dengan permintaan kita. What’s your
wish?”
“I wish I could date my crush.”
(Hal. 38)
“I wish I could date my crush.”
(Hal. 38)
Nadhira
Amira sadar betul pertanyaan yang dilontarkan oleh seseorang tersebut
sebenarnya terkenal konyol, tapi entah mengapa hatinya tidak dapat mengingkari kalau
dirinya memiliki jawaban atas pertanyaan tersebut. Nadhira ingin meminta jadi
pacarnya Dimas walau satu hari saja, I
wish I could date my crush. Nadhira adalah seorang siswa SMA tingkat akhir
dari kelas Akselerasi, dia berada di kelas spesial yang hanya berisi 10 orang,
termasuk Dimas. Nadhira tidak begitu menyukai hujan, tetapi sudah beberapa hari
selalu berjumpa dengan hujan, padahal ini masih bulan Juli dan seharusnya belum
masuk musim penghujan. Setahun sekelas dengan Dimas membuat Nadhira gila, karena
ternyata Nadhira menyukai Dimas dengan segala kharisma dan kepintaran yang
dimilikinya, tetapi Nadhira juga tahu bahwa tatapan mata Dimas terhadap dirinya
seringkali dingin dan terkesan menusuk hatinya, yang akhirnya membuat Nadhira
lebih banyak diam kalau sudah dekat dengan Dimas, karena takut oleh tatapannya
tersebut.
“YES! Nilai gue
di atasnya Dimas!” (Hal. 1)
Dimas
Baron mengetahui sebuah fakta dari kakaknya, bahwa saat pengumuman masuk SMA
setahun lalu ada seorang anak perempuan yang begitu bahagia saat melihat nilai
tes tersebut, karena anak perempuan itu berada di urutan ketiga, sedangkan
Dimas berada di urutan keempat. Perempuan itu adalah Nadhira. Mungkin sejak
saat itulah Dimas mulai menjaga jarak dengan Nadhira, dan membuktikan diri
untuk tetap melesat ke peringkat pertama. Dimas adalah teman sekelas Nadhira dengan
kadar kepintaran yang tidak perlu diragukan lagi, selain pintar, dia juga
termasuk konyol dan lucu, seringkali membuat ulah bersama Bram ketika jam
istirahat.
Percaya
tidak percaya, semesta mengabulkan harapan Nadhira untuk mendapatkan hati
Dimas, karena sejak malam itu, Dimas seolah memandang Nadhira ada, pandangan
Dimas berubah, tidak lagi menatap Nadhira dengan dingin, melainkan mengulurkan
tangannya untuk berteman bahkan menjadikan Nadhira pacarnya. Tetapi, perjalanan
Nadhira tidak berhenti sampai Dimas menjadi pacarnya, ada oranglain yang dihadirkan
oleh semesta untuk melengkapi perjalanan hidup Nadhira, yaitu Biru.
Rintik lewat
beberapa detik
Langkah lepas tak punya arah
Bersama hujan berlari menyapu sanubari
Dilanda nestapa tiap tidak ada
Katanya ini untaian rindu jadi duka
Lalu kutitipkan pada kelabu
Sebab hujan membawamu
Nona Hujan,
Akankah kita bertemu?
(Hal. 59)
Langkah lepas tak punya arah
Bersama hujan berlari menyapu sanubari
Dilanda nestapa tiap tidak ada
Katanya ini untaian rindu jadi duka
Lalu kutitipkan pada kelabu
Sebab hujan membawamu
Nona Hujan,
Akankah kita bertemu?
(Hal. 59)
Ambrosius
Biru memiliki banyak topeng di kehidupannya. Di sekolah, Biru terkenal sebagai
kakak kelas yang suka sekali mengganggu anak baru, suka tawuran, suka bolos
pelajaran, dan beberapa hal negatif lainnya. Tetapi, Nadhira justru menemukan
sosok yang berbeda, Biru ternyata sama seperti dirinya yang menyukai karya seni
terutama di bidang puisi. Nadhira menikmati tiap aksara yang dituliskan oleh
Biru, begitu pun dengan Biru yang mulai kembali melihat hidupnya sejak mengenal
Nadhira. Biru sendiri sebenarnya sudah lama mengenal tulisan-tulisan puisi
Nadhira yang sering tertempel di mading sekolah dengan nama “anonim”, tetapi
mengenal sosoknya secara langsung justru membuat Biru kembali untuk menengok
dunia yang dahulu, saat nona hujannya masih hidup.
Hari
demi hari membuat hubungan Nadhira dengan Dimas terus membaik dan menyenangkan,
begitu pun hubungan Nadhira dengan Biru yang terus mengalami kemajuan sedikit
demi sedikit. Tetapi, semesta memang tidak semudah itu membiarkan seseorang
terus berada dalam kebahagian. Semakin Nadhira maju, Biru justru semakin
mundur, karena di satu titik Biru mulai menyadari bahwa di antara dirinya
dengan Nadhira ada takdir semesta yang tidak dapat dihindari. Takdir yang
membuat hidup mereka petjah.
****
Petjah adalah
novel jenis teen fiction karena
menceritakan tentang remaja SMA. Nadhira, Biru, dan Dimas adalah tokoh utama di
novel ini. Novel ini tidak hanya mengusung genre percintaan remaja, karena
sejujurnya saya lebih melihat kepada tema persahabatan dan kekeluargaan. Novel
ini merupakan novel debut dari Oda Sekar Ayu, untuk novel debut menurut saya
novel ini dapat dikatakan berhasil, karena novel ini memiliki tema yang kuat,
alur cerita yang jelas, karakter tokoh yang juga kuat, serta akhir cerita yang
tidak mudah ditebak. Penulis berhasil menyajikan konflik cerita yang cukup
kompleks untuk seukuran anak SMA dan memberikan penyelesaian yang baik.
Saya
suka sekali dengan cover novel ini.
Pertama kali saya melihatnya langsung ingin membelinya, entahlah, mungkin
karena saya menyukai hujan, jadi seketika langsung tertarik untuk mengoleksi
novel ini. Mulanya, saya fikir akan bercerita tentang seorang anak perempuan
yang menyukai hujan karena gambar cover
depannya, tetapi ternyata saya keliru, tokoh perempuan yang diperankan Nadhira
justru tidak begitu menyukai hujan, karena hujan mengingatkannya dengan sang
kakak.
“Aku bukan benci
hujan, aku hanya tidak suka pada hujan. Tubuhku terlalu sensitif dengannya,
kena hujan sebentar saja bisa membuatku langsung flu dan demam. Lalu alasan
lain adalah karena hujan adalah satu-satunya kenangan yang ditinggalkan orang
yang sudah pergi dari keluargaku untuk selama-lamanya.”(Hal. 82)
Penulis
sebagian besar menggunakan alur maju,
hanya sedikit menggunakan alur mundur, itupun hanya sebagai penguat dari
karakter tokoh cerita. Sudut pandang
yang digunakan oleh penulis sebagian besar menggunakan sudut pandang dari tokoh
Nadhira, sehingga pembaca akan dengan mudah merasakan setiap perubahan emosi
dari Nadhira.
Tokoh
utama terbagi menjadi 3 orang, yaitu; Nadhira
digambarkan sebagai seorang mruid perempuan yang menyukai dunia bahasa, mudah
bergaul, dan ceria. Dimas digambarkan
sebagai seorang murid laki-laki yang pintar, sangat idealis dalam segala hal,
tetapi memiliki berkepribadian santai, dan asyik untuk diajak berteman.
Sedangkan, Biru digambarkan sebagai
sosok murid laki-laki yang bertolak belakang dengan Dimas. Biru ini tipe-tipe bad boy kalau disekolah, digambarkan
sebagai seorang perusuh di sekolah dan suka tawuran, tapi sebenarnya Biru
memiliki kemampuan yang luar biasa di bidang sastra. Selain tiga tokoh utama
tersebut, banyak juga tokoh-tokoh lainnya seperti Mira, Bram, Kak Utha, dan
lainnya. Tokoh-tokoh ini memberikan warna tersendiri di dalam cerita, dan
berhasil mempertahankan karakter serta ciri khasnya masing-masing, sehingga
membuat suasana persahabatan semakin terasa kuat.
Novel
ini tidak hanya terfokus pada romansa dari ketiga tokoh utama saja, novel ini
juga berhasil menyajikan kehidupan para murid dari kelas akselerasi yang
dikejar oleh target belajar yang cukup ekstrem demi memenuhi target
pembelajaran mereka. Apakah novel ini mengisahkan cerita tentang kisah cinta
segitiga anak SMA? Menurut saya sih tidak, sejujurnya tidak terlalu terlihat
kisah cinta segitiganya, membaca novel ini seolah mengajak pembaca untuk
menemukan jati diri seorang Nadhira.
Penggunaan
bahasa yang digunakan oleh penulis memang berubah-ubah, kadang menggunakan aku,
saya, dan bahkan juga sering menggunakan bahasa gaul gue - lo. Bagi saya sih
tidak terlalu bermasalah, toh saya tetap bisa menikmati membaca novel ini.
Penulis biasanya akan menggunakan kata saya-kamu ketika terjadi percakapan
antara Nadhira dengan Biru, sedangkan penulis akan menggunakan bahasa gaul saat
Nadhira sedang bersama dengan teman-teman di sekolahnya. Ada juga beberapa
istilah gaul ala anak sekolah yang
digunakan oleh penulis, tetapi pembaca tidak perlu takut salah memahami, karena
ada catatan kaki yang disediakan, sehingga tidak akan membuat bingung.
Saya
suka sekali chemistry antara Nadhira dengan Dimas, maupun Nadhira
dengan Biru. Saya menikmati setiap percakapan ala Einstein yang terjadi antara Dimas dengan Nadhira, dan juga
sangat menikmati rangkaian puisi demi puisi yang diciptakan oleh Nadhira dan
Biru dalam mengisi setiap percakapan yang terjadi antara mereka. Kedua hal ini
menjadi kelebihan utama bagi novel ini. Novel ini tidak akan membuat pembaca
jenuh, karena banyaknya rangkaian kata-kata yang unik sekaligus indah.
“Abis lo kayak
larutan buffer, Dim. Lo
mempertahankan harga pH, mempertahankan tingkat kesenangan dalam hidup gue.” (Nadhira, Hal.
137)
“Psst … nggak
ada proses merelakan yang mudah, Nadhi. Bahkan nggak semua atom bisa melepaskan
elektronnya semudah itu. Mereka tetap membutuhkan gaya, kan?” (Dimas, Hal.
165)
“Kepada peminjam
payung yang sudah membaca semuanya. Hati-hatilah karena semesta sedang
mempermainkanmu. Dia sedang mempermainkan kita.” (Biru, Hal. 76)
“Mulut kamu
terlampau manis, puisi kamu terlalu kelam, tapi tangan kamu sangat kasar. Saya
semakin nggak ngerti kamu ini sebetulnya makhluk apa.” (Nadhira, Hal.
116)
Ah iya, tetapi saya agak sebal dengan sikap Nadhira di
pertengahan cerita, karena dia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri,
mengabaikan Dimas yang sebenarnya selalu ada dan bersedia meluangkan waktu
untuk Nadhira ditengah obsesi Dimas untuk mengejar masa depannya. Selain itu,
saya juga menemukan beberapa typo di
novel ini, bagi saya sih tidak terlalu mengganggu dan masih tahap wajar karena
memang ini cetakan pertama, semoga di cetakan selanjutnya dapat diperbaiki.
“… sebentar lagi bel0 …” (hal. 51) seharusnya “ … sebentar lagi bel …”
“Nadhira tiak menjawabnya, …” (hal. 117) seharusnya “Nadhira tidak menjawabnya, …”
“… kebebasan berkekspresi …” (hal. 118) seharusnya “ … kebebasan berekspresi …”
“ … sedikit pun Nahdira …” (hal.
285) seharusnya “ … sedikit pun Nadhira …”
Naah,
intinya saya mau bilang kalau saya sangat menyukai isi novel ini. Penulis
berhasil membuat saya kembali merasakan kehidupan anak-anak remaja, padahal
saya juga emang masih muda sih belum tua-tua banget :D. Banyak pesan yang
dapat kita ambil melalui novel ini, khususnya untuk para remaja, baik pesan
yang terlihat jelas, maupun pesan yang tersirat. Beberapa isi pesan dari novel
ini yaitu (1) Tetaplah ingat kita masih memiliki orang tua yang akan terus
mengkhawatirkan sang anak, jadi berbagilah cerita dengan orang tua kita. (2)
Selain orang tua, kita juga memiliki sahabat-sahabat dekat yang dapat dijadikan
tempat untuk bertukar pikiran. (3) Jangan biarkan diri sendiri rusak oleh
prasangka-prasangka yang terus berputar di pikiran kita, cobalah untuk
menguraikan prasangka tersebut dengan tindakan nyata. (4) Jangan hidup dengan
masa lalu, tapi hiduplah untuk masa depan dengan terus belajar dari peristiwa
yang telah terjadi. Dan, (5) meskipun kita mungkin tidak dapat menjadi seorang yang
idealis 100 %, tapi penting untuk menjaga idealisme yang kita miliki dari
remaja agar ketika dewasa kita sudah memiliki prinsip-prinsip hidup. Jadi,
untuk teman-teman yang ingin bernostalgia dengan masa-masa indah ketika SMA saya
sarankan untuk membaca novel ini, dan juga tentunya untuk kamu para remaja,
novel ini sangat layak untuk kamu baca.
“Saya cuma mau kamu ingat satu hal,
Biru. Berhenti bahagia hanya karena meraka sudah tidak ada, nggak akan membuat
mereka kembali ke dunia. Jadi jangan pernah berhenti bahagia.” (Hal. 124)
“Erlang itu, Ru … semacam nilai
tangen sudut 90 derajat … nggak terdefinisikan, Ru. Erlang adalah alasan aku
masih bernafas sampai sekarang.”(Hal. 126)
“Tidak ada jatuh yang tidak sakit,
namun air hujan itu rela menyakiti dirinya untuk melebur bersama tanah menjadi
sumber kekuatan bagi makhluk-makhluk hidup di sekitarnya.” (Hal. 146)
“Dalam rangkaian push-pull itu dua transistor bekerja
sama, saling menguatkan waktu yang satunya lemah. Jadi sumber kekuatan saat
yang satunya nggak kuat.”(Hal. 180)
“Begitu kamu memaksakan pertemuan
di antara kedua rel kita, yang terjadi adalah bencana. Kita bertabrakan begitu
keras melukai satu sama lain.” (Hal. 251)
“Satu hal yang salah dan ingin saya
sampaikan adalah bahwa pecah tidak selalu berarti salah. Kamu tidak salah
karena akhirnya hancur. Kehancuran itu mengajarkan kamu bangkit dan memulai
kembali dari awal, kan?” (Hal. 312)
Selamat Membaca!
Salam Petjah !
Hati – Hati Baper :D
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusPetjah itu definisinya apa ya
BalasHapusk o n to l
Hapussebutkan ciri-ciri teks ulasan berdasarkan rerensi petjah tersebut!!!
BalasHapusUnsur ekstrinsiknya gimana kak
BalasHapusThanks ka lumayan membantu
BalasHapusBagusss
BalasHapus