Senin, 27 Maret 2017

[Puisi] Andai Kau Masih Ada - Ratih Sanggarwati

Andai Kau Masih Ada
Oleh : Ratih Sanggarwati


Andai kau masih ada, Buya
Kau akan gembira melihat Al-Azhar telah bertabur di seluruh Nusantara
Menyemai pendidikan dan mendidik anak-anak para ibu yang tak punya waktu

Minggu, 26 Maret 2017

[Resensi Buku] Ayah…Kisah Buya Hamka – Irfan Hamka



[Identitas Buku]
Judul Buku    : Ayah… Kisah Buya Hamka
Penulis          : Irfan Hamka
Penerbit        : Republika Penerbit
Cetakan        : Cetakan XII
Tahun Terbit : September 2016
Halaman       : 324 halaman 
ISBN           : 978 - 602 – 8997 – 71 – 3
Harga           : Rp. 49.000,- (sebelum diskon di http://bukurepublika.id/products/detail/5/AyahKisah-Buya-Hamka)
My Rating     : 3.8 / 5 bintang 
****
[Blurb]
       Buku Ayah… memuat serangkaian kisah tentang Buya Hamka di mata anak kandungnya, Irfan Hamka, yang meliputi kehidupan masa kecil, remaja, dewasa, berkeluarga, hingga memiliki 12 orang anak; memulai jalan dakwah sebagai politisi, sastrawan, dan ulama; akidah dan pedoman hidup Buya Hamka; hubungan Buya Hamka dengan Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru; bagaimana kehidupan Buya Hamka ketika istri tercintanya meninggal dunia; menghadapi fitnah, kebencian, dan penjara; jiwa yang pemaaf dan lapang dada; nasihat-nasihat Buya; Buya seorang sufi?; hingga saat Buya Hamka meninggal dunia.
 
      Semua kisah diceritakan dan dikemas dalam tulisan yang ringan, mengalir, dan sarat dengan pesan moral dan keteladanan.

       Pengantar dari Dr. Taufiq Ismail semakin melengkapi keindahan buku ini. 

Selasa, 14 Maret 2017

[Resensi Novel] Dahlan – Haidar Musyafa

[Identitas Buku] 
Judul Buku : Dahlan
Penulis        : Haidar Musyafa 
Penerbit      : Javanica Kaurama
Cetakan      : Cetakan Ke-1
Tahun Terbit : Januari 2017
Halaman      : 414 halaman 
ISBN          : 978 - 602 – 6799 – 20 – 3 
Harga          : Rp. 88.000 (sebelum diskon di http://www.bukukita.com/Biografi-dan-Memoar/Biografi/148932-Dahlan-Sebuah-Novel.html )
My Rating    : 3.8 / 5 bintang 
****
[Blurb]  
Ia terlahir dengan nama Muhammad Darwis. Ayahnya, Kyai Abu Bakar, seorang Ketib Amin di Masjid Gede Yogyakarta. Semenjak remaja ia sering bertanya: kenapa umat islam begitu terpuruk dalam banyak hal? Saat itu ia berpikir umat Islam terkungkung oleh hal-hal takhayul. Ia pernah mencoba bertanya dan memberontak, tetapi justru penolakan dan cacian yang didapatkannya.  

Keresahan batin mendorong Darwis menuntut ilmu setinggi-tingginya, hingga takdir melayarkannya ke Mekah. Di Mekah ia belajar pada banyak guru. Ia pun berguru kepada Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawy, Imam Besar Masjidil Haram dari Sumatera, bersama teman seperjalanan dari Jombang: Hasyim Asy’ari. Di Mekah pula ia mendapat nama baru: Ahmad Dahlan. Sepulang dari Tanah Suci ia diangkat menjadi Ketib Amin Masjid Gede oleh Sultan Hamengkubuwana VII dan mendapat gelar Raden Ngabehi. Hasrat terpendam untuk memajukan umat islam mengilhaminya mendirikan sebuah peryarikatan bernama Muhammadiyah. Ia bercita-cita Muhammadiyah bisa menjadi lokomotif perubahan bagi umat Islam di Nusantara.