Jumat, 05 Mei 2017

Perjalanan Bersama Literacy Awards 2017 - Part 1

Assalamu'alaikum~
Haiiii ....

     Postingan kali ini saya akan menceritakan perjalanan dan pengalaman saya ketika mengikuti serangkaian kegiatan Literacy Awards 2017 yang diadakan oleh Baznas & Republika selama 3 hari 2 malam, yaitu pada tanggal 29 April 2017 - 1 Mei 2017. Naah, postingan ini akan saya bagi menjadi beberapa part. Part 1 ini akan berisi perjalanan awal saya mengenal Literacy Awards 2017 hingga menjadi 25 besar.

Apa itu Literacy Awards? 
       Literacy Awards 2017 adalah kompetisi bagi para pendidik di lingkup sekolah dan pesantren. Kegiatan ini dilakukan untuk mendorong para pendidik untuk aktif membaca dan mengambil inspirasi dari buku yang telah dibaca. Buku yang dipilih adalah buku “Ayah.. Kisah Buya HAMKA”. Literasi Award 2017 adalah kerja sama Pusat Pengembangan Pendididikan dan Pesantren BAZNAS dengan Republika. Kompetisi ini terbuka bagi seluruh Warga Negara Indonesia yang berprofesi sebagai pengajar/guru, baik sekolah maupun pesantren. 

       Kompetisi literasi kali ini mengangkat buku ‘Ayah… Kisah Buya Hamka’ terbitan Republika Penerbit yang menceritakan tentang sosok Hamka sebagai seorang Ayah. Peserta diminta untuk membuat resensi/intisari singkat seputar buku ‘Ayah… Kisah Buya Hamka’ untuk bisa berpartisipasi dalam Literacy Awards 2017 kemudian menuliskan program pengembangan pendidikan yang terinspirasi dari buku tersebut untuk diterapkan di sekolah/pesantren asal. ( http://pendidikanbaznas.com/index.php/literacy-awards/ )
 
Berawal dari ...
Klik gambar untuk memperjelas
       Saya mendapatkan info lomba ini dari salah seorang teman di grup WA, dan setelah membaca ketentuan lombanya membuat saya tertarik untuk ikut, alasan pertama bangetnya sih karena memang sudah cukup lama memiliki bukunya, namun belum juga dibaca. Jadi saya berfikir, 
"waah, ini adalah kesempatan bagus untuk membaca bukunya ditambah ada event lombanya pula." 

       Saya mengirimkan berkas lomba pada tanggal 27 Maret 2017, sebenarnya draft resensi sudah selesai beberapa hari sebelumnya, namun saya membutuhkan waktu lebih lama untuk memikirkan sebuah program literasi yang sekiranya cocok untuk diterapkan di sekolah. Setelah itu, saya tidak memiliki ekspektasi tinggi terhadap lomba ini, meskipun demikian, doa dan harapan tetap dipanjatkan kepada Allah SWT agar mendapatkan hasil yang terbaik.

Hasilnya ...
Senin, 10 April 2017.
Hari itu saya baru pulang dari kampus sehabis menonton sidang skripsi salah seorang teman, dan saya mendapatkan sms yang berisi seperti ini,
Coba cek nomor urut 21 :D
      Alhamdulillah, ucap saya pertama kali. Tetapi, setelah itu saya langsung panik hahaha 😱. Mengapa demikian? Naah, karena menjadi 25 finalis berarti harus mengikuti pelatihan dan presentasi program. Pelatihan sih bukan masalah besar untuk saya, hal biasa dan saya pun selalu senang melakukan aktivitas pelatihan, namun kalau urusan presentasi itu bukan hal mudah untuk saya. Presentasi formal yang saya lakukan terakhir kali adalah ketika sidang skripsi di bulan september 2016. 

       Setelah berkonsultasi dengan ibu dan beberapa teman, akhirnya saya pun memutuskan untuk terus maju, yah hitung-hitung membiasakan diri untuk melakukan public speaking 😂 . Bagi saya yang seorang penderita hipertiroid dan tremor bukanlah hal mudah untuk melakukan presentasi atau berbicara di depan umum, banyak hal yang harus disiapkan dan diperhatikan agar ketika maju ke muka umum dapat mengendalikan cara bicara sehingga tidak tiba-tiba kena serangan fajar *eh serangan tremor maksudnya 😅 hehehe 
"Bagaimanapun, saya adalah seorang guru yang harus membiasakan diri untuk tampil di depan umum, di depan peserta didik saja bisa percaya diri masa di depan peserta lain tidak bisa, bukankah semuanya sama-sama manusia?:))."
-Kata-kata ini saya ulang terus menerus di dalam hati-

      Beberapa hari kemudian, saya dimasukkan ke sebuah grup WA yang berisikan 25 finalis Literacy Awards, grup ini dibentuk oleh panitia dengan maksud untuk memudahkan koordinasi antara panitia dan seluruh finalis. 

       Adanya grup WA ini membuat semakin sadar bahwa saya masih sangat minim pengalaman dibandingkan para finalis lainnya. Ibu bapak guru ini sudah lebih berpengalaman serta lebih senior di dunia pendidikan dan literasi, meskipun merasa agak minder tetapi di sisi lain saya dapat mengambil hikmahnya bahwa menjadi bagian dari 25 finalis merupakan sebuah takdir yang penuh dengan keberuntungan. Saya pun bertekad melalui kegiatan ini untuk menyerap ilmu sebanyak-banyaknya. :)) 

       Naah, itulah cerita dan kesan awal saya ketika mendapatkan pengumuman menjadi 25 finalis Literacy Awards 2017. Tunggu cerita selanjutnya mengenai kegiatan apa saja yang saya lakukan selama mengikuti pelatihan dan penilaian program di postingan selanjutnya yaaa 😆

Tidak ada komentar:

Posting Komentar