Postingan ini masih merupakan lanjutan dari cerita Perjalanan Saya Bersama Literacy Awards 2017 By Baznas & Republika, semoga masih berkenan untuk membaca~
Cerita sebelumnya, bisa dilihat di sini.
Tanggal 29 April 2017,
Sebagian besar acara hari ini adalah "acara bebas" 😅 . Acara bebas
yang dimaksudkan adalah menunggu seluruh peserta tiba di tempat acara yaitu di
SMP Cendekia Baznas di daerah Cirangkong, Cibungbulan, Kab.Bogor. Tempat acara berada di gedung asrama putri, saya satu kamar dengan Bu Elys dan Bu Heni yang berasal dari Binjai, Mba Dessy dari Depok, dan Mba Maya dari Jakarta. :))
SMP Cendekia Baznas terletak di Kp.Cirangkong, Desa Cemplang, Kab.Bogor |
Masjid dan Ruang Belajar Putri |
Tanggal 30 April 2017,
Hari ini barulah acara pelatihan 25 finalis literacy awards resmi dimulai.
Masing-masing peserta diberikan ID Card, goodie bag, dan sebuah buku yang
berisikan profile dari 25 finalis. Membuka halaman pertama dari buku ini membuat saya agak kaget. Mengapa demikian? Yap, karena foto
saya terpampang dengan sangat jelas di halaman pertama, hahaha
Astagfirullah.. banyak-banyak istigfar aja deh kalau lihat halaman pertama nya 😂 |
Naaah, di buku ini kita semua dapat
saling mengenal mengenai biodata singkat dan program yang diajukan oleh para
finalis, foto yang terpasang dengan jelas pun membuat peserta menjadi lebih
cepat mengingat wajah satu sama lainnya. Selain itu, candaan demi candaan yang
terlontar di grup WA pun menjadi salah satu faktor nya. Bukan sekedar pelatihan dan
penilaian program, acara ini menjadi ajang silaturahmi guru-guru dari berbagai
daerah di Indonesia, diantaranya Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi, Bandung, Jogja,
Solo, Bondowoso, Lombok, Sulawesi Selatan, Tulungagung, Kediri, Lampung,
Binjai, dan Aceh.
Para peserta berinisiatif membawa makanan khas daerahnya
masing-masing, jadi setiap coffee break kita akan disuguhi oleh banyaknya
makanan dari berbagai daerah. Lumayan kaan, jadi bisa mencicipinya sekalipun
belum pernah pergi ke daerahnya. :)) kreatif pisan lah para pesertanya!😚
Pembawa acara selama pelatihan pun menjadi salah satu faktor mendekatkan semua peserta, sebenarnya sih pembawa acaranya ini agak ngeselin gitu, suka banget ngebuat peserta tertawa tapi ekspresinya datar-datar aja. Tapi yaa, berkat upaya mereka berdua acara pelatihan ini menjadi lebih berwarna dan menyegarkan. :))
Penghibur dikala mumet 😂 |
Materi demi materi~
Ibu Sri Hidayah, Kalau lihat beliau ingat dengan salah satu dosen Biologi, Bu Yanti~ |
Materi Pertama mengenai pengenalan Program BAZNAS yang disampaikan oleh Ibu Sri
Hidayah sebagai Kepala Program Pendidikan Baznas, beliau menyampaikan secara
garis besar apa saja program-program yang dilakukan oleh Baznas, seperti Zakat
Community Development, Beasiswa Baznas, Rumah Sehat Baznas, Layanan Baznas Tanggap Bencana, Dakwah dan Advokasi, Bedah Madrasah serta program lainnya.
“Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi dan
satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI
No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan menyalurkan
zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Lahirnya Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan peran BAZNAS
sebagai lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional.
Dalam UU tersebut, BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural
yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri
Agama. Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah bertanggung jawab untuk
mengawal pengelolaan zakat yang berasaskan: syariat Islam, amanah, kemanfaatan,
keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas.” (Kepoin kesini aja
nih http://pusat.baznas.go.id/)
Naah, pada materi pertama ini para
peserta secara tidak langsung diberikan PR nih, yaitu sepulang dari acara
Literacy Awards ini diharapkan dapat berkunjung ke kantor Baznas di daerahnya
masing-masing, dan menjadi volunteer
dalam hal gerak syiarnya. :))
Materi Kedua disampaikan oleh Bapak Efri Syamsul Bahri
mengenai Program Masterpiece, tujuan materi ini adalah untuk membantu peserta
agar program yang diusulkan dapat lebih tepat sasaran dan maksimal
pemanfaatannya. Materi ini mengajak peserta untuk dapat membedah secara
mendalam program literasi masing-masing, bagaimana sebuah program dapat
bekerjasama dengan Baznas, cara menyusun proposal dan powerpoint sebuah
program, identifikasi masalah, target jangka pendek hingga jangka panjang dari
program, serta strategi penyelesaian masalah.
“Jangan memikirkan masalah secara
sendiri, tetapi diskusikanlah dengan orang lain atau masyarakat yang ingin kita
bantu.”
“Lakukanlah evaluasi melalui
oranglain atau lembaga lain, jangan memonitoring atau evaluasi diri sendiri.”
Naaah, mendengarkan materi kedua ini
sebenarnya seperti sedang melakukan kuliah 4 sks tentang metodologi penelitian
skripsi 😅 hehehehe, melalui materi ini pula lah saya menyadari bahwa program Library Corner yang saya ajukan memiliki
banyak celah sehingga sangat kecil kemungkinan dapat bekerja sama dengan
Baznas, salah satunya karena saya berasal dari sekolah negeri dan sasaran
programnya untuk umum bukan untuk asnaf atau kaum dhuafa. Asnaf ialah delapan
golongan orang yang layak menerima zakat. Meskipun demikian, karena saya sudah
berada diantara 25 finalis, maka tidak ada salahnya berusaha hingga akhir.
Dan ternyata, kegelisahan serta
kegundahan ini tidak hanya menyerang diri saya seorang, tetapi beberapa finalis
pun mengalami hal yang sama terhadap nasib programnya. Lalu apa yang akan kami
lakukan? Yaa, teruslah berusaha hingga akhir, ini baru awal. Selain itu, karena
memang dari awal yang saya pahami adalah ‘membuat program terbaik untuk
sekolahmu’, maka program yang saya buat yaa memang sebuah program yang
cocok dan sesuai dengan keadaan sekolah dimana saya mengajar. Melalui materi
ini pula lah, saya bisa menduga siapa saja calon peserta terbaik berdasarkan
program yang memiliki kecocokan dengan Baznas. 😂
Menciptakan peradaban unggul melalui gerakan literasi merupakan materi
ketiga yang disampaikan oleh Pak Syahruddin El Fikri selaku General Manager Redaksi dan Promosi Republika Penerbit. Beliau menyampaikan banyak hal mengenai dunia literasi dan
mengajak peserta untuk menulis. Materinya cukup lama, dari siang hingga malam
hari, namun tidak sedikit pun merasa bosan, justru malah asyik dan merasa
candu, saya yang memang dasarnya lebih suka membaca daripada menulis pun ikut
kecanduan mendengarkan materi yang disampaikan, apalagi teman-teman yang memang
dasarnya suka dengan aktivitas menulis.
Pak Syahruddin El Fikri |
Dunia literasi meliputi membaca, menulis, dan diskusi. Menulis itu untuk
menciptakan peradaban dan menghasilkan manusia unggul. Ada tiga hal cara untuk
menciptakan manusia unggul yaitu dengan (1) Iqra yang artinya membaca (Q.S.Al
Alaq ayat 1-5), (2) Faktubuuh yang artinya menulis (Q.S. Al Baqarah ayat 282),
dan (3) Wa Syawirhuum yang artinya Diskusi/Musyawarah (Q.S Ali Imran ayat 159,
dan Q.S Asy Syura ayat 38). Jika tiga hal tersebut terlaksana dengan baik, maka
masa depan akan lebih baik. Sedangkan, modal untuk menulis hanya dua yaitu
membaca dan menulis 😁 . Naah, ulasan mengenai resep jitu menulis ala Pak Syah
ini bisa kamu intip juga lhoo di blog nya Pak Iin Amrullah di sini. (Klik tulisannya)
Oh iya, saya sempat mengobrol dengan istrinya Pak Syahruddin, ternyata kami
bertetangga lhoo 😁 . Beliau tinggal di sebuah kompleks yang jaraknya tidak
jauh dari rumah saya, hanya beda beberapa gang saja, beda 3 gang kalau tidak
salah hitung. Anak beliau pun ternyata ada yang bersekolah di Smanli Depok,
dulu saya pun bersekolah di sana 😊. Yuhuuuu~
Naah, selain diberikan materi, kami pun diberikan PR yaitu diharapkan para
finalis mampu membuat tulisan tentang pengalamannya selama mengikuti Literacy Awards dengan gaya
penulisan populer. Selain mendapatkan banyak tips dan trik untuk menulis, ada
banyak juga quotes yang bertebaran selama materi ini berlangsung. Beberapa saya
tuliskan dibawah ini,
“Tidak mungkin ada kecerdasan dan keunggulan bagi manusia tanpa membaca dan
menulis.”
“Kesuksesan sebuah peradaban sangat ditentukan dengan kemajuan dunia ilmu
pengetahuan.”
“Lebih baik saya di penjara asal dengan buku, daripada hidup bebas yang
sesungguhnya terpenjara (tanpa buku).” –Bung Hatta-
Quotes favorit saya adalah yang ini;
“Jika kamu ingin pandai, membacalah. Jika ingin hidup 100 tahun, menikahlah.
Tetapi jika ingin hidup selamanya, maka menulislah.”
Naah, sekian cerita di part 2 ini. Semoga belum bosan yaa, karena masih ada part 3 yang berisi mengenai cerita
presentasi program dan penganugerahan 5 finalis terbaik. Penasaran kan siapa
saja yang menjadi 5 finalis terbaik, jadi tunggu kelanjutan ceritanya~
See you~ 😊😊Baca juga cerita lainnya,
Perjalanan Bersama Literacy Awards 2017 - Part 1
Perjalanan Bersama Literacy Awards 2017 - Part 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar