Minggu, 14 Mei 2017

[Resensi Novel] Seruni – Almas Sufeeya



[Identitas Buku] 
Judul Buku : Seruni 
Penulis       : Almas Sufeeya 
Penerbit     : Republika Penerbit
Cetakan     : Cetakan Ke-1
Tahun Terbit : Februari 2017
Halaman     : 239 Halaman
ISBN         : 978-602-0822-39-6
Harga         : Rp. 44.000,- (setelah diskon 20% via http://bukurepublika.id/products/detail/284/Seruni )
My Rating  : 3 / 5 *
***
[Blurb]
Seruni tak menyesal meninggalkan segala hal yang menjadi tumpuan hidupnya selama bertahun-tahun di negeri sakura. Karena ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, ia tidak akan menunda atau menunggu untuk bisa kembali ke Indonesia demi seseorang yang amat dirindukan. Meskipun harus menempuh jalan yang panjang, sukar, dan terjal. Ia siap menanggung segala konsekuensi asalkan bisa bertemu dengan orang itu.
  
Ada sebuah misi besar yang membuat Seruni jauh-jauh datang ke Indonesia. Ia tahu bahwa tindakannya ini bisa menghancurkan dirinya, tapi Seruni sudah siap menanggung segala risiko.

Tak ada jalan kembali. Rahasia, luka, dendam, dan kebohongan yang terkubur selama bertahun-tahun pelan-pelan akan terkuak.

Lalu, sebuah hal yang tak diduga terjadi dan meluruhkan seluruh tekad Seruni, memaksanya untuk mundur. Lalu, apa yang akan dilakukan Seruni? Menuntaskan misi atau menundanya? Atau justru menghentikannya saat itu juga? 
***

[Sekilas Cerita]
"Maaf...
Terbersit rasa bersalah karena telah menciptakan sebuah kebohongan besar & membuat keputusan untuk meninggalkan Indonesia. Keputusan yang ia sesali selamanya." (Hal. 33) 

       Setelah bertahun-tahun pergi meninggalkan Indonesia, Seruni akhirnya kembali. Seruni rela meninggalkan segalanya di Jepang, demi menuntaskan rasa rindu yang sudah tidak mampu ditahan olehnya.
"Kangen memang harus diungkapkan biar nggak mengganjal di hati dan di pikiran." (Hal.208)

        Menjelang malam, hujan deras masih mengguyur Jakarta, Seruni menggigil. Di saat itulah Ia bertemu dengan Ana, seorang pemilik Resto Ramsu yang menawarkan bantuan kepadanya, yaitu untuk sementara waktu tinggal resto tersebut, sekaligus bekerja sebagai salah satu koki.
"Ada satu kamar di resto. Kamu boleh tinggal di sana." (Hal.11) 

       Ana pun sebenernya memiliki masalah yang cukup rumit di keluarganya, meskipun begitu Ia tetap memiliki kepribadian yang baik dan tulus sehingga dengan sukarela membantu Seruni. Ana memiliki adik kembar dan ibu yang sifatnya sangat bertolak belakang dengan dirinya, mereka memiliki sifat yang kurang baik. Selain itu, Ana juga memiliki seorang kakak yang bernama Aster. 

        Aster, dahulu adalah seorang gadis yang periang seperti Ana, tetapi sudah bertahun-tahun senyuman dan kata-kata hilang dari dirinya, bukan karena sebuah penyakit atau kelainan, melainkan karena sebuah depresi yang tidak mampu diatasinya. Aster hanya menampakkan wajah datar tanpa ekspresi dan tidak pernah merespon oranglain. Ia hidup seolah-olah seperti mayat hidup.
"... Kakaknya itu kini sungguh apatis menghadapi kenyataan yang tampak di depannya, berbanding terbalik dengan fakta bunga aster yang sangat mempesona karena spektrum warnanya." (Hal.8) 

        Berbeda dengan Seruni dan Ana, Taro adalah seorang pemuda yang terpaksa kembali ke Indonesia karena harus mencari adiknya yang kabur dari Jepang dan meninggalkannya.
"... Ia tidak bisa menyembunyikan rasa kecewa dan kesal jika mengingat adiknya. Karena tingkah adiknya, ia harus terbang jauh-jauh ke Indonesia dan mengorbankan pekerjaannya." (Hal. 41) 

        Nah, ternyata takdir membawa mereka berempat untuk menghadapi kusutnya benang merah diantara ketiganya. Ada hubungan apa sesungguhnya antara Seruni, Taro, Aster dan Ana? Apakah mereka berhasil menguraikan kusutnya hubungan masa lalu diantara ketiganya? Bagaimana cara mereka menuntaskan misinya masing-masing? Selamat Membaca! 😊
***
[Resensi] 
      Novel ini mengambil tema keluarga, salah satu tema favorite saya selain romance. Saya selalu senang setiap membaca novel dengan kisah keluarga, karena dapat menemukan cerita-cerita hangat dan khas dari sebuah keluarga. Tetapi, ternyata novel ini mengambil jalan yang berbeda, bukan tentang keharmonisan sebuah keluarga, melainkan sebuah kisah tragis dan memilukan akibat dari perceraian.

      Novel ini mengisahkan tentang kehidupan anak-anak dari korban perceraian kedua orangtuanya, di sini penulis menggambarkan sisi negatif dari sebuah perceraian yang diawali oleh sebuah jalan bernama perselingkuhan. Ada anak-anak yang tersakiti atas perbuatan orang tuanya, mereka menjadi anak yang pendendam, pemberontak, bahkan ada juga yang membenci orangtuanya. Meskipun sudah dewasa, ternyata anak-anak ini masih menyimpan luka masa lalunya. 

       Keempat tokoh utama di novel ini tumbuh dari hasil luka masa lalu masing-masing. Seruni yang kabur dari keluarganya melalui sebuah skenario kebohongan karena tidak tahan atas perlakuan mama tirinya, menyebabkan ia memiliki jurang pemisah dengan sang kakak. Ana tidak bisa memandang mama dan papa nya sebagai orangtua yang harus dihormati karena baginya mereka berdua telah gagal menciptakan lingkungan keluarga yang nyaman diantara anak-anaknya, karena sang mama terlanjur membenci dan seolah-olah memberi label 'anak kandung' dan 'anak tiri'. Aster menjadi pribadi apatis dan berhenti berkomunikasi dengan oranglain sebagai sebuah bentuk penyesalan seorang kakak yang tidak berhasil menjadi pelindung untuk adiknya. Sedangkan, Taro menjadi pribadi yang begitu obsesi dan posesif terhadap apa yang dimilikinya sekarang, karena menyimpan dendam yang begitu dalam terhadap mama tirinya yang telah meninggalkan papa dan dirinya. Novel ini tidak lantas menjadi novel yang dipenuhi oleh kisah dramatis tanpa hikmah, tentu saja jalan ceritanya akan mengajak pembaca untuk belajar menerima masa lalu dan memaafkannya agar masa depan menjadi jauh lebih baik. 

       Keempat tokoh tersebut memang memiliki permasalah yang cukup rumit dengan keluarganya masing-masing, tetapi beberapa diantara mereka tetap memiliki kepribadian yang baik dengan oranglain dan tetap memandang positif kehidupan yang sedang dijalaninya, seperti Seruni dan Ana. Di luar rumah, Ana menjadi anak yang sangat baik, periang dan mudah bergaul, begitu juga dengan Seruni.  

       Jika diperhatikan beberapa nama tokoh di novel ini mengambil nama dari bunga, seperti Seruni atau Krisan, Aster, dan Mawar. Hal inilah yang saya sukai dari novel ini, membuat saya kembali mengingat mengenai arti dari nama-nama bunga tersebut, di mana masing-masing bunga memang memiliki arti yang bagus sesuai dengan kecantikan yang ditunjukkan oleh masing-masing bunga tersebut. Nah, untuk menjadi secantik nama dan makna dari nama yang dimilikinya, Aster dan Seruni memang harus melewati jalan yang panjang dan penuh dengan batul krikil.  
Bunga Krisan atau Seruni | Nama ilmiah : Chrysanthemum sp | Sumber gambar: Pixabay
Nama Ilmiah: Aster amellus | Sumber gambar : http://www.almanac.com/plant/aster
"Bukankah bunga aster memiliki banyak warna yang menawan? Bukankah bunga aster mencerminkan keriangan dan kegembiraan? Bukankah orang-orang berbagi keceriaan dengan memberikan bunga aster?" (Hal. 8). 

Nama ilmiah: Rosa sp. | Sumber gambar :
"Jika tidak bisa menyatakan aishiteru, I love you, atau aku mencintaimu secara verbal pada seseorang, cukup berikan bunga ini sebagai mediumnya. Karena bunga mawar merah melambangkan cinta."
"Bunga mawar adalah penawar rindu yang paling mujarab bagiku." (Hal. 37)

       Selain itu, novel ini juga menampilkan beberapa hal tentang Jepang sesuai dengan gambaran sampul depannya, di mana seorang perempuan memakai pakaian kimono (pakaian khas jepang), seperti makanan khasnya, dan juga beberapa percakapan sehari-hari dengan bahasa jepang. Ada juga Masjid Camii di Jepang yang akhir membuat saya penasaran untuk mencari gambarnya. 😁
Penampakan dari luar Masjid Camii
Gambar lainya bisa cek di sini
"Menara masjid bergaya arsitektur Turki, dengan kubah nan anggun dan pilar-pilar kokoh sebagai penyangganya terlihat sangat indah.  ... bagian interiornya pun tidak kalah istimewa dengan hiasan kaligrafi dan bentangan permadani indah yang menyelimuti lantai masjid. ...". (Hal. 213)

       Ada beberapa hal yang menurut saya menjadi kekurangan dari novel ini, yaitu kisah romance antara Seruni dengan Rifat terasa serba tanggung, sehingga kurang mendapat feel-nya. Selain itu, terlalu banyak tokoh yang pada awalnya membuat saya agak bingung dan akhirnya kurang maksimal dalam pemberian peran. Meskipun begitu, novel ini menjadi novel debut penulis yang tetap layak untuk dibaca karena penulis dengan berani mengajak pembaca untuk melihat realita dampak negatif dari perceraian sebuah keluarga, dimana anak - anak lebih sering menjadi korban, pembaca juga akan diajak untuk mencari hikmah di atas berbagai permasalahan yang terjadi, serta belajar mengakui kesalahan diri sendiri. Selamat Membaca!

"Kamu menjalani hidup seperti ini karena kehilangan seseorang? Aku yakin, jawaban sebenarnya adalah tidak. Kehilangan sebenarnya adalah kehilangan semangat hidup. Ya, semangat hidup kamu sudah mati, sementara kamu masih tetap hidup. Karena itu, kamu menjalani hari-hari seperti mayat hidup." (Hal. 86)

"Berdoa. Meminta ketenangan hati kepada Tuhan yang menciptakan hati." (Hal. 162)

"Ia yakin, segelap apapun hidupnya, kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik selalu ada. Seperti semua luka yang dirasakannya, Tuhan akan selalu menyiapkan penawarnya." (Hal. 163)

"Memang, seringkali bibir tidak mampu mewakili hati sehingga banyak hal yang tidak bisa disingkap. Karena itu, menulislah. Beban akan lepas sejenak karena liukan tangan mengurainya. Dan kamu bisa mengembuskan resah yang lama menyergap." (Hal. 179) 

Salam Literasi~~~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar