[Identitas Buku]
Judul Buku : Love in Edinburgh
Penulis : Indah Hanaco
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Cetakan Ke-1
Tahun Terbit : 2016
Halaman : 232 Halaman
ISBN : 978-602-03-2534-7
Harga : Rp. 58.000,- (http://www.gramedia.com)
My Rating : 3.8 / 5 *
[Sinopsis]
Katya adalah karyawati toko kue di
Edinburgh yang aktif sebagai relawan di beberapa badan amal. Sementara
Sebastian adalah pemiliki perusahaan parfum yang sedang menyiapkan masa depan
bersama kekasihnya.
Lewat sebuah reality show berjudul Underground
Magnate, keduanya bertemu. Sejak awal, mereka punya banyak perbedaan.
Katya, muslimah yang menemukan Tuhan justru saat berada jauh dari kota
kelahirannya, Jakarta. Sebastian, pria Yahudi yang cenderung menjadi islamophobia usai ibunya menjadi salah
satu korban runtuhnya gedung WTC. Namun, ada terlalu banyak hal tak terduga
yang terjadi. Reaksi kimia di antara mereka terlalu kuat untuk diabaikan.
Ketika akhirnya Katya dan Sebastian
punya kans untuk bersama, dosa masa lalu menghantui keduanya, menuntut
penyelesaian. Bisakah cinta membuat mereka tetap bertahan?
[Resensi]
“Saat ini, orang bisa melakukan
kejahatan yang sulit dibayangkan mampu dilakukan oleh manusia. Tapi, satu hal
yang pasti, orang yang takut pada murka Tuhan, yang menjalani agamanya sebaik
yang dia mampu, takkan sanggup menjahati oranglain. Dan aku bisa memastikan
satu hal, aku orang yang takut pada Tuhan.” (Hal. 89)
Edinburgh adalah ibukota Skotlandia,
salah satu kota yang masih berada di wilayah Inggris Raya, dan juga merupakan
kota dengan banyak bangunan berbentuk kastil. Katya Nefertiti adalah Warga
Negara Indonesia, Ia sudah menikah dan mengalami KDRT yang dilakukan oleh
suaminya, yang membuatnya lebih tragis adalah sang kakak kandung tidak
mempercayai semua ceritanya, Katya pun takut kalau kedua orangtuanya akan bersikap sama
seperti kakaknya, hal ini yang akhirnya membuat Katya memutuskan untuk kabur
dari rumah dan sampailah takdir membawanya ke kota Edinburgh, setelah melalui
perjalanan yang sangat panjang.
Sebastian Meir adalah seorang
pengusaha parfum yang telah melamar sang kekasih yaitu Bridget. Sebastian cukup
optimis dengan jalan hidupnya, tetapi ternyata, dua hari setelah melamar sang
kekasih, Ia justu semakin tahu bahwa kekasihnya tidak ingin menikah dalam waktu
dekat, berbeda sekali dengan harapan yang dimiliki oleh Sebastian. Dan ternyata
Bridget mengajukan perjanjian pranikah yang semakin membuat Sebastian kesal.
“Sederet pekerjaan yang sudah
menunggu Bridget ditambah masalah perjanjian pranikah menjadi kombinasi yang
menyusahkan Sebastian. Selain itu, meski masalah yang membelit mereka belum
menemukan muaranya, Bridget malah bersikeras meninggalkan London untuk bekerja.
Hal itu menambah rasa frustasi Sebastian.” (Hal. 48)
Satu per satu masalah yang yang
terjadi diantara Sebastian dan Bridget akhirnya membuat Sebastian mencari
sebuah pelarian dengan mengikuti acara reality
show yang berjudul Underground Magnate.
Acara ini mengharuskan Sebastian untuk menyamar sebagai pembuat
film dokumenter tentang badan amal yang nantinya Ia sendiri akan memberikan
sumbangan dana kepada badan amal yang dirasa layak menerima bantuan tersebut.
Acara inilah yang akhirnya membawa Sebastian ke Edinburgh dan bertemu dengan
Katya.
Katya memang aktif dibeberapa badan
amal, hal inilah yang akhirnya membuat Katya menjadi sumber informasi dan
membantu Sebastian dalam pembuatan film dokumenter tersebut. Terlebih dahulu,
Katya menjelaskan mengenai 3 badan amal yang cukup sering Ia kunjungi karena
memang menjadi relawan di sana, yaitu We Are Family, Solitude, dan Good Karma.
“Yang pertama We are Family, Evelyn
yang mendirikannya dan memastikan tetap berjalan selama bertahun-tahun. … We
are Family rutin menyediakan sarapan untuk para tunawisma. Saat ini We are
Family didatangi sekitar seratus orang tiap paginya.”
(Hal. 38-39)
“Selain itu, ada Solitude. Badan
amal ini diperuntukkan bagi anak muda antara dua belas sampai dua puluh tahun.
Anak-anak itu ada yang sudah masuk penjara, punya keluarga yang berantakan,
putus sekolah. Mereka bergabung di Solitude untuk mencari aktivitas positif.
Pendiri Solitude, Stuart Goddard, mantan polisi. Cita-citanya saat mendirikan
Solitude adalah untuk menjauhkan anak-anak dari jalanan.”(Hal. 39)
“Good Karma … Itu semacam kelompok
pendukung untuk orang-orang yang mengalami kekerasan. Juga anggota keluarga
mereka, jika korbannya sudah meninggal. Good Karma menggelar pertemuan rutin
setiap akhir pekan.” (Hal. 40)
Hari itu, selain mengunjungi We are
Family, Sebastian juga datang ke Solitude bersama Katya. Di tempat itulah,
Sebastian menemukan fakta baru mengenai Katya. Pada saat Katya baru selesai
berdoa dan masih memakai mukena, ternyata tepat dibelakangnya ada Sebastian
yang sedang memperhatikan dirinya.
“Kau…sedang apa?” Sebastian memandangnya
dengan kening berlipat.
“Oh…aku baru selesai beribadah,”
Katya melepas mukenanya.
Sebastian menatapnya dengan mata
menyipit tapi tidak bicara apa-apa. Setelahnya, Katya bisa merasakan laki-laki
itu berubah drastis. Keramahannya tereduksi dengan ganjil. Katya mendadak
diliputi firasat aneh. (Hal. 45)
Bagaimanakah Sebastian dan Katya
akan bersatu jika diantara mereka justru terdapat jurang perbedaan yang siap
menghadang? Dan akankah mereka berdua terus berada dalam pelarian dengan
masalah masing-masing?
****
Tema sentral novel ini adalah romance, tetapi selain romance sisi kemanusiaan pun cukup
mendominasi cerita, pembaca juga diajak untuk belajar menerapkan toleransi
antar agama, serta belajar untuk mengasihi oranglain tanpa membedakan ras, suku, dan agama.
Alur yang digunakan adalah alur
maju, tetapi banyak juga alur mundur yang digunakan oleh penulis sebagai
penguat jalannya cerita, serta untuk memperkuat karakter tokoh-tokohnya. Sudut
pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu (PoV
ketiga), di mana penulis menggunakan sudut pandang Katya dan Sebastian.
Pemilihan sudut pandang ini membuat pembaca dapat lebih mudah mendalami
karakter dari kedua tokoh tersebut.
Novel ini tidak hanya mengajak
pembaca untuk menyelami romansa cinta antara Sebastian dan Katya, tetapi lebih
dari itu. Saya cukup menyukai novel ini, karena mengangkat isu-isu yang cukup
sensitif yaitu mengenai toleransi dan juga isu dari sisi sosial kemanusiaan
melalui badan amal tempat Katya menjadi relawan. Tokoh Katya memiliki karakter
yang kuat setelah berhasil melalui masa sulit dalam hidupnya. Pembaca akan
diajak untuk dapat merasakan perubahan karakter dari Katya, yang dulunya anak
manja menjadi Katya yang tabah, kuat, optimis, dan selalu menjadi penolong bagi
oranglain yang membutuhkan bantuannya. Katya sangat berskyukut dapat tinggal di
Edinburgh, dan dikelilingi oleh orang-orang yang sangat beragam. Ia justru
menyadari betapa pentingnya agama dan beribadah ketika berada jauh dari
negaranya. Di Edinburgh Katya mencoba belajar menjadi muslim yang baik dan
belajar untuk menerima perbedaan-perbedaan di sekitarnya.
Di
dalam novel ini, penulis banyak menyelipkan kata-kata bijak tanpa maksud menggurui.
“Kami tidak menoleransi segala
bentuk kebencian. Di sini, kami mengajarkan untuk mengasihi orang lain tanpa
syarat. Kalian masih muda, tidak pantas membenci orang lain begitu besar.
Seusia kalian, seharusnya memandang dunia dengan bahagia.” (Hal. 58)
“Orang yang takut pada murka Tuhan,
yang menjalani agamanya sebaik yang dia mampu, takkan sanggup menjahati
oranglain.”
(Hal. 89)
(Hal. 89)
“Setan bisa bersembunyi dengan
sempurna di balik kulit seseorang.” (Hal. 93)
“Agama apa pun, mengajarkan
pemeluknya untuk mengerjakan hal-hal baik. Jika manusia melakukan sebaliknya,
bukan salah agamanya. Pada akhirnya, hal-hal buruk itu adalah tentang manusia
yang ingin memuaskan setan di dalam dirinya.”(Hal. 109)
“Beribadah itu mengingatkan bahwa
aku cuma manusia biasa yang punya banyak kelemahan. Aku tidak bisa melakukan
apa pun tanpa izin-Nya. Kesukseskan itu tidak datang dari kerja keras belaka.
Andil Tuhan jauh lebih besar, Cuma manusia kadang mengabaikannya. …” (Hal. 130
-131)
Kelemahan novel ini, menurut saya
yaitu cerita dari sisi Sebastian yang kurang kuat dan kurang mendapatkan porsi
ceritanya. Penulis hanya menampilkan setengah-setengah saja, sehingga terasa
kurang kuat, atau memang saya saja yang kurang bisa memposisikan diri sebagai Sebastian
:D .
Tetapi tokoh Katya pendalaman karakternya lebih sempurna, dan juga hampir semua tokoh di sekitar Katya memiliki peran yang membekas di hati pembaca, berbeda sekali dengan tokoh-tokoh di sekitar Sebastian yang hanya mendapat porsi seperti numpang lewat saja. Meskipun begitu, novel ini tetap memiliki banyak kelebihan dari sisi sosial kemanusiaan dan romance yang tidak dipaksakan, dibuat mengalir mengikuti alur cerita. Sehingga novel ini menjadi salah satu bacaan yang layak untuk dibaca bagi para remaja dan orang dewasa yang menyukai genre romance, dan untuk kamu yang suka sekali isu-isu sosial kemanusiaan, serta isu perbedaan dalam beragama.
Tetapi tokoh Katya pendalaman karakternya lebih sempurna, dan juga hampir semua tokoh di sekitar Katya memiliki peran yang membekas di hati pembaca, berbeda sekali dengan tokoh-tokoh di sekitar Sebastian yang hanya mendapat porsi seperti numpang lewat saja. Meskipun begitu, novel ini tetap memiliki banyak kelebihan dari sisi sosial kemanusiaan dan romance yang tidak dipaksakan, dibuat mengalir mengikuti alur cerita. Sehingga novel ini menjadi salah satu bacaan yang layak untuk dibaca bagi para remaja dan orang dewasa yang menyukai genre romance, dan untuk kamu yang suka sekali isu-isu sosial kemanusiaan, serta isu perbedaan dalam beragama.
Selamat Membaca ! : ))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar