[Identitas
Buku]
Judul Buku : Love in Auckland
Penulis : Indah Hanaco
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Cetakan Ke-1
Terbit : Tahun 2016
Halaman : 206 Halaman
ISBN : 978-602-03-2809-6
Harga :Rp. 53.000,- (http://www.gramedia.com/love-in-auckland.html)
My Rating : 4 / 5 *
[Sinopsis]
Duncan Maxwell merasakan hidup yang
bertransformasi luar biasa usai kecelakaan menakutkan di jalan tol. Di antara
suara azan misterius di Auckland, keinginan menebus dosa karena pernah menjadi
si pembangkang, lelaki itu menjadi orang yang berbeda.
Kelly Hadid nyaris memilih jalan
yang tak diridai Allah tatkala memutuskan masa depan yang ingin dilaluinya.
Hingga akhirnya perempuan itu punya keberanian untuk memutar arah, berbelok
drastis di suatu titik.
Duncan dan Kelly bertemu tak sengaja
di Auckland, saat sudah sama-sama terikat pada orang lain. Sky Tower dan sinar
matahari sore menjadi saksi, sesuatu yang asing bertumbuh di antara keduanya.
Sesuatu yang terlarang dan tak berani untuk diakui.
Ketika mereka kembali dipertemukan
Allah di Tanah Air, banyak hal terjadi. Suara hati tak lagi bisa diabaikan.
Sayang, jalan bergelombang siap menghadang keduanya. Apakah saling melepaskan
menjadi pilihan yang mereka punya?
[Resensi]
“Hidup ini tidak bisa diprediksi.
Jangan terlalu lama membuang waktu, kau bisa menyesal nanti.”
(hal. 90)
(hal. 90)
Love in Auckland merupakan novel
seri Around The World With Love yang ditulis oleh Indah Hanaco. Novel ini
mengajak kita untuk menyelami kisah cinta antara Duncan dan Kelly. Cerita dibuka dengan kisah kecelakaan yang dialami oleh Duncan, kecelakaan yang membuat
dirinya harus kehilangan banyak hal termasuk cinta yang telah diperjuangkannya.
Kecelakaan tersebut membuat Ia harus memulihkan kesehatan fisik dan mentalnya
selama setahun lebih.
Duncan Maxwell digambarkan sebagai
pria usia 30 tahun yang memiliki bahu lebar, memiliki tinggi 181 cm, bibir
tipis, rambut pirang kecoklatan, mata abu-abu, dan hidung lancip, serta
memiliki profesi sebagai koki sekaligus pemilik restoran Perisa di Bogor.
Peristiwa kecelakaan 3 tahun lalu membuat banyak perubahan terhadap dirinya,
Duncan menjadi sosok yang lebih religius dan menjadi anak yang penurut atas
segala kemauan mama nya, termasuk masalah pertunangannya dengan Nuke.
“Menghabiskan sisa hidupmu yang
menjemukan itu bersama Nuke. Jangan bilang kau jatuh cinta padanya! Cuma orang
buta yang tidak menyadari kau tak tertarik padanya. Mama…entahlah. Kurasa, mama
cuma mau memanfaatkan kepatuhanmu saja.”(Hal. 8)
Meskipun Duncan dan Nuke telah
bertunangan, hubungan mereka memang tidak terlihat seperti sepasang kekasih
yang saling menyayangi satu sama lain, yang terlihat hanya Nuke yang memiliki
obsesi untuk memiliki Duncan, sedangkan Duncan tidak memiliki kecenderungan
rasa apapun terhadap Nuke, Ia bahkan cenderung bersikap dingin seperti es dan
terkadang juga bersikap kaku seperti robot. Alasan inilah yang membuat Nina
yang merupakan adik Duncan menolak mentah-mentah pernikahan Duncan dengan Nuke.
Kelly
Hadid adalah seorang Bridal Consultan
di Kirana Mahardika yang telah bertunangan, dan sedang menyiapkan rencana masa
depan dengan sang kekasih yang bernama Sherwin. Sherwin bekerja sebagai staff
di Bagian Utang di sebuah hypermart.
Kelly memiliki tinggi 172 cm dengan mata agak sipit, pupil berwarna hitam, pipi
tirus, bibir penuh, dan hidung sedang. Hubungan Kelly dan Sherwin bukanlah
hubungan yang sehat, karena semakin hari Kelly merasa bahwa Sherwin semakin
meninggikan egonya, dan Ia lebih banyak harus mengalah serta berkorban, ditambah lagi, sejak
kepulangan Katya ke Indonesia dan mendengar sendiri cerita kekerasan dalam
rumah tangga yang dilakukan oleh Frans (Baca novel Love in Edinburgh), sedikit
banyak mempengaruhi pemikiran Kelly mengenai pernikahan, Ia takut kelak Sherwin
bersikap seperti Frans.
“Tidak semua laki-laki seperti Frans kok! Kau jangan
jadi paranoid, Kel.” (Hal.2)
Tema
novel ini adalah romance, romance di novel ini khas Indah Hanaco
yang bisa membuat pembaca senyum-senyum gak jelas selama membaca novel ini,
karena kisahnya yang manis dan tidak dipaksakan, serta tetap penuh makna dan
pelajaran yang dapat diambil hikmahnya oleh pembaca.
Karakter
tokoh-tokohnya sangat kuat sehingga memberikan kesan tersendiri bagi saya,
selain kedua tokoh utama, saya juga sangat menyukai tokoh Nina, adiknya Duncan. Di
dalam novel ini, Nina digambarkan sebagai seorang adik perempuan yang sangat
menyanyangi sang kakak dan memiliki sifat blak-blakan
alias sangat terus terang, apabila suka A maka Ia akan bilang suka A, tetapi
jika tidak suka, Ia pun akan terus terang mengatakannya. Sosok Nina inilah yang
menjadi hiburan di novel ini, dan juga yang akhirnya memiliki peran yang cukup
besar terhadap keputusan yang diambil oleh Duncan mengenai hubungannya dengan
Nuke. Selain Nina, ada juga Cilla yang merupakan sahabat dari Kelly, Cilla pun
memiliki sifat yang hampir sama dengan Nina, dan berkat Cilla jugalah, Kelly
dan Duncan dapat bertemu di Auckland. Kedua tokoh inilah yang menambahkan warna
warni cerita di novel ini, tentunya warna warni yang lucu ditengah keseriusan
masalah yang melilit para tokoh utama.
“Kebetulan yang
luar biasa, ya. Di Bogor yang tidak terlalu luas, kita tidak pernah bertemu.
Justru berkenalan di Auckland.” (hal.70)
Novel
ini cukup unik, awalnya saya mengira bahwa latar tempat yang digunakan adalah kota
Auckland, karena mengambil judul Love in Auckland, tetapi ternyata perkiraan
saya salah, sebagian besar cerita justru bertempat di Bogor, Indonesia. Bahkan
hanya sedikit moment di Auckland,
tetapi justru moment yang sedikit
inilah yang membawa perubahan besar bagi kehidupan kedua tokoh utama di novel ini.
Mungkin karena itulah, penulis menggunakan Auckland sebagai judul novelnya.
Penggambaran
latar tempatnya sangat jelas dan indah, terutama ketika berada di Auckland.
Penulis membuat pembaca ikut masuk menjelajahi kota Auckland.
"Auckland adalah
sebuah kota yang dibangun di atas 53 gunung berapi yang sudah tidak aktif lagi,
Auckland pernah mencicipi kehormatan sebagai ibu kota New Zealand, sebelum
posisi itu dialihkan pada Wellington." (Hal. 48)
Voyager New Zealand Maritime Museum
yang berada di tepi pantai memberi pengetahuan tentang beragam jenis kapal
(Hal. 86)
(Hal. 86)
Auckland War Memorial Museum menyajikan informasi berlimpah tentang New Zealand, termasuk Te Toki a Tapiri, kano perang bangsa Maori yang dibuat dari satu batang kayu totara. (Hal. 86)
Sumber: http://www.nzmuseums.co.nz/account/3268 |
Harbour
Bridge
Sumber : http://vizts.com/auckland-harbour-bridge/ |
Sky
Tower, menara setinggi 328 meter. (Hal. 87)
sumber: http://www.newzealandphoto.info/search/sky-tower-auckland-new-zealand-264.html |
Selain
dimanjakan oleh keindahan kota Auckland, membaca novel ini pun membuat saya
menemukan kosa kata baru. Salah satunya, tiga denyut nadi yang dapat diartikan
tiga detik. Jadi, dibandingkan menulis kata tiga detik, justru penulis lebih
memilih menggunakan kata tiga denyut nadi. Naah, entah kenapa justru kata
denyut nadi menjadi sangat cocok digunakan di novel ini dan membuat saya
ikut-ikutan terbawa suasana, yang entah itu romantis ataupun suasana serius. Saya
sangat menikmati membaca novel ini, meskipun novelnya ringan dan alurnya
sederhana, tetapi novel ini layak untuk dibaca, banyak hal-hal yang tidak
terduga yang terjadi di dalam novel ini.
“Betapa
seseorang tetap saja menjadi misteri bagi orang lain. Banyak orang memiliki
keahlian nyaris sempurna untuk bersandiwara, menutupi wajah aslinya dengan
topeng yang ingin dilihat dunia.” (hal. 2)
“Betapa hati
manusia begitu mudah berubah, bahkan tanpa disadari pemiliknya. Begitu juga
dengan masa depan. Takkan ada yang bisa memprediksinya.” (Hal. 97)
“Toleransi, itu
satu hal. Hidup dengan pasangan yang memiliki perbedaan fundamental dengan
kita, itu soal lain. Menikah dengan orang yang berbeda keyakinan, tak segampang
yang terlihat.” (Hal. 100)
“Manusia memang
sok tahu. Tuhan sudah melarang, tapi tetap bersikeras. Mengabaikan kata-kata-Nya
dengan sadar. Tapi, kita salah. Tuhan melarang karena memang itu yang terbaik
untuk hamba-Nya.” (hal. 101)
“Perasaan tidak
bisa dipaksakan. Kecocokan juga. Kalau hati sudah menolak, kau tidak bisa
melakukan apa pun. Jika dipaksa, kau pasti tidak bahagia.” (Hal. 103)
“Cinta adalah
perasaan yang tidak bisa dikendalikan, tak bisa dipaksa-paksa.” (Hal. 157)
Selamat Membaca dan Berkeliling di Auckland ! :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar