Kamis, 22 Desember 2016

[Resensi Novel] Love in Auckland – Indah Hanaco


[Identitas Buku]
Judul Buku   : Love in Auckland
Penulis         : Indah Hanaco
Penerbit       : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan       : Cetakan Ke-1
Terbit           : Tahun 2016
Halaman      : 206 Halaman
ISBN            : 978-602-03-2809-6
Harga         :Rp. 53.000,- (http://www.gramedia.com/love-in-auckland.html)
My Rating    : 4 / 5 *

[Sinopsis]
  Duncan Maxwell merasakan hidup yang bertransformasi luar biasa usai kecelakaan menakutkan di jalan tol. Di antara suara azan misterius di Auckland, keinginan menebus dosa karena pernah menjadi si pembangkang, lelaki itu menjadi orang yang berbeda.
    Kelly Hadid nyaris memilih jalan yang tak diridai Allah tatkala memutuskan masa depan yang ingin dilaluinya. Hingga akhirnya perempuan itu punya keberanian untuk memutar arah, berbelok drastis di suatu titik.  
    Duncan dan Kelly bertemu tak sengaja di Auckland, saat sudah sama-sama terikat pada orang lain. Sky Tower dan sinar matahari sore menjadi saksi, sesuatu yang asing bertumbuh di antara keduanya. Sesuatu yang terlarang dan tak berani untuk diakui.
    Ketika mereka kembali dipertemukan Allah di Tanah Air, banyak hal terjadi. Suara hati tak lagi bisa diabaikan. Sayang, jalan bergelombang siap menghadang keduanya. Apakah saling melepaskan menjadi pilihan yang mereka punya?
****
[Resensi]

“Hidup ini tidak bisa diprediksi. Jangan terlalu lama membuang waktu, kau bisa menyesal nanti.”
(hal. 90)

     Love in Auckland merupakan novel seri Around The World With Love yang ditulis oleh Indah Hanaco. Novel ini mengajak kita untuk menyelami kisah cinta antara Duncan dan Kelly. Cerita dibuka dengan kisah kecelakaan yang dialami oleh Duncan, kecelakaan yang membuat dirinya harus kehilangan banyak hal termasuk cinta yang telah diperjuangkannya. Kecelakaan tersebut membuat Ia harus memulihkan kesehatan fisik dan mentalnya selama setahun lebih.
      Duncan Maxwell digambarkan sebagai pria usia 30 tahun yang memiliki bahu lebar, memiliki tinggi 181 cm, bibir tipis, rambut pirang kecoklatan, mata abu-abu, dan hidung lancip, serta memiliki profesi sebagai koki sekaligus pemilik restoran Perisa di Bogor. Peristiwa kecelakaan 3 tahun lalu membuat banyak perubahan terhadap dirinya, Duncan menjadi sosok yang lebih religius dan menjadi anak yang penurut atas segala kemauan mama nya, termasuk masalah pertunangannya dengan Nuke.
“Menghabiskan sisa hidupmu yang menjemukan itu bersama Nuke. Jangan bilang kau jatuh cinta padanya! Cuma orang buta yang tidak menyadari kau tak tertarik padanya. Mama…entahlah. Kurasa, mama cuma mau memanfaatkan kepatuhanmu saja.”(Hal. 8)


    Meskipun Duncan dan Nuke telah bertunangan, hubungan mereka memang tidak terlihat seperti sepasang kekasih yang saling menyayangi satu sama lain, yang terlihat hanya Nuke yang memiliki obsesi untuk memiliki Duncan, sedangkan Duncan tidak memiliki kecenderungan rasa apapun terhadap Nuke, Ia bahkan cenderung bersikap dingin seperti es dan terkadang juga bersikap kaku seperti robot. Alasan inilah yang membuat Nina yang merupakan adik Duncan menolak mentah-mentah pernikahan Duncan dengan Nuke.   
    Kelly Hadid adalah seorang Bridal Consultan di Kirana Mahardika yang telah bertunangan, dan sedang menyiapkan rencana masa depan dengan sang kekasih yang bernama Sherwin. Sherwin bekerja sebagai staff di Bagian Utang di sebuah hypermart. Kelly memiliki tinggi 172 cm dengan mata agak sipit, pupil berwarna hitam, pipi tirus, bibir penuh, dan hidung sedang. Hubungan Kelly dan Sherwin bukanlah hubungan yang sehat, karena semakin hari Kelly merasa bahwa Sherwin semakin meninggikan egonya, dan Ia lebih banyak harus mengalah serta berkorban, ditambah lagi, sejak kepulangan Katya ke Indonesia dan mendengar sendiri cerita kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh Frans (Baca novel Love in Edinburgh), sedikit banyak mempengaruhi pemikiran Kelly mengenai pernikahan, Ia takut kelak Sherwin bersikap seperti Frans.
“Tidak semua laki-laki seperti Frans kok! Kau jangan jadi paranoid, Kel.” (Hal.2)
           
Tema novel ini adalah romance, romance di novel ini khas Indah Hanaco yang bisa membuat pembaca senyum-senyum gak jelas selama membaca novel ini, karena kisahnya yang manis dan tidak dipaksakan, serta tetap penuh makna dan pelajaran yang dapat diambil hikmahnya oleh pembaca.
Karakter tokoh-tokohnya sangat kuat sehingga memberikan kesan tersendiri bagi saya, selain kedua tokoh utama, saya juga sangat menyukai tokoh Nina, adiknya Duncan. Di dalam novel ini, Nina digambarkan sebagai seorang adik perempuan yang sangat menyanyangi sang kakak dan memiliki sifat blak-blakan alias sangat terus terang, apabila suka A maka Ia akan bilang suka A, tetapi jika tidak suka, Ia pun akan terus terang mengatakannya. Sosok Nina inilah yang menjadi hiburan di novel ini, dan juga yang akhirnya memiliki peran yang cukup besar terhadap keputusan yang diambil oleh Duncan mengenai hubungannya dengan Nuke. Selain Nina, ada juga Cilla yang merupakan sahabat dari Kelly, Cilla pun memiliki sifat yang hampir sama dengan Nina, dan berkat Cilla jugalah, Kelly dan Duncan dapat bertemu di Auckland. Kedua tokoh inilah yang menambahkan warna warni cerita di novel ini, tentunya warna warni yang lucu ditengah keseriusan masalah yang melilit para tokoh utama.
“Kebetulan yang luar biasa, ya. Di Bogor yang tidak terlalu luas, kita tidak pernah bertemu. Justru berkenalan di Auckland.” (hal.70)

Novel ini cukup unik, awalnya saya mengira bahwa latar tempat yang digunakan adalah kota Auckland, karena mengambil judul Love in Auckland, tetapi ternyata perkiraan saya salah, sebagian besar cerita justru bertempat di Bogor, Indonesia. Bahkan hanya sedikit moment di Auckland, tetapi justru moment yang sedikit inilah yang membawa perubahan besar bagi kehidupan kedua tokoh utama di novel ini. Mungkin karena itulah, penulis menggunakan Auckland sebagai judul novelnya.
Penggambaran latar tempatnya sangat jelas dan indah, terutama ketika berada di Auckland. Penulis membuat pembaca ikut masuk menjelajahi kota Auckland. 
"Auckland adalah sebuah kota yang dibangun di atas 53 gunung berapi yang sudah tidak aktif lagi, Auckland pernah mencicipi kehormatan sebagai ibu kota New Zealand, sebelum posisi itu dialihkan pada Wellington." (Hal. 48) 
Voyager New Zealand Maritime Museum yang berada di tepi pantai memberi pengetahuan tentang beragam jenis kapal
(Hal. 86)

Sumber : http://jalan2.com/objek-wisata/detail/voyager-new-zealand-maritime-museum

Auckland War Memorial Museum menyajikan informasi berlimpah tentang New Zealand, termasuk Te Toki a Tapiri, kano perang bangsa Maori yang dibuat dari satu batang kayu totara. (Hal. 86)
Sumber: http://www.nzmuseums.co.nz/account/3268
Harbour Bridge
Sumber : http://vizts.com/auckland-harbour-bridge/
Sky Tower, menara setinggi 328 meter. (Hal. 87)
sumber: http://www.newzealandphoto.info/search/sky-tower-auckland-new-zealand-264.html


Selain dimanjakan oleh keindahan kota Auckland, membaca novel ini pun membuat saya menemukan kosa kata baru. Salah satunya, tiga denyut nadi yang dapat diartikan tiga detik. Jadi, dibandingkan menulis kata tiga detik, justru penulis lebih memilih menggunakan kata tiga denyut nadi. Naah, entah kenapa justru kata denyut nadi menjadi sangat cocok digunakan di novel ini dan membuat saya ikut-ikutan terbawa suasana, yang entah itu romantis ataupun suasana serius. Saya sangat menikmati membaca novel ini, meskipun novelnya ringan dan alurnya sederhana, tetapi novel ini layak untuk dibaca, banyak hal-hal yang tidak terduga yang terjadi di dalam novel ini.

“Betapa seseorang tetap saja menjadi misteri bagi orang lain. Banyak orang memiliki keahlian nyaris sempurna untuk bersandiwara, menutupi wajah aslinya dengan topeng yang ingin dilihat dunia.” (hal. 2)

  
“Betapa hati manusia begitu mudah berubah, bahkan tanpa disadari pemiliknya. Begitu juga dengan masa depan. Takkan ada yang bisa memprediksinya.” (Hal. 97)


“Toleransi, itu satu hal. Hidup dengan pasangan yang memiliki perbedaan fundamental dengan kita, itu soal lain. Menikah dengan orang yang berbeda keyakinan, tak segampang yang terlihat.” (Hal. 100)


“Manusia memang sok tahu. Tuhan sudah melarang, tapi tetap bersikeras. Mengabaikan kata-kata-Nya dengan sadar. Tapi, kita salah. Tuhan melarang karena memang itu yang terbaik untuk hamba-Nya.” (hal. 101)


“Perasaan tidak bisa dipaksakan. Kecocokan juga. Kalau hati sudah menolak, kau tidak bisa melakukan apa pun. Jika dipaksa, kau pasti tidak bahagia.” (Hal. 103)


“Cinta adalah perasaan yang tidak bisa dikendalikan, tak bisa dipaksa-paksa.” (Hal. 157)


Selamat Membaca dan Berkeliling di Auckland ! :))
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar