Senin, 14 November 2016

[Resensi Buku] Beasiswa di Bawah Telapak Kaki Ibu - Irfan Amalee

[Identitas Buku]
Judul Buku      : Beasiswa di Bawah Telapak Kaki Ibu
Penulis             : Irfan Amalee
Penerbit           : Mizania
Cetakan           : Cetakan Ke-1
Tahun Terbit    : Juni 2013 / Rajab 1434 H
Tebal Buku      : 243 + 197 Halaman
ISBN               : 978-602-9255-51-5 
----------------
[Resensi]
       Buku ini merupakan buku karya Irfan Amalee yang pertama kali saya baca. Buku ini ternyata terdiri dari 2 jenis (2 in 1) dengan konsep buku bulak balik, satu bagian bersampul depan warna kuning dan satu lagi bersampul depan warna biru.
Buku bersampul kuning
Buku bersampul kuning memiliki judul Beasiswa di Bawah Telapak Kaki Ibu, bagian ini mengisahkan tentang perjalanan Kang irfan selama menempuh studi S2 di Amerika, terdiri dari 21 cerita. Kisah yang disajikan dapat dibaca secara berurutan maupun dibaca secara acak. Penulis menggunakan sudut pandang orang pertama dan menggunakan gaya bahasa seperti sedang bercerita, sehingga semua kisah disampaikan secara sederhana namun mudah untuk dimengerti dan dipahami. Gaya bahasa ini cocok digunakan pada buku ini karena memang kisah yang yang diceritakan merupakan pengalaman yang dialami oleh dirinya sendiri.
      Kisah pertama di buku ini dimulai dari menceritakan proses penulis dalam meraih restu  dan izin dari ibunya untuk berburu beasiswa S2 di Amerika. 
“Sejak awal saya menyampaikan niat untuk melanjutkan sekolah S2, ibu tak setuju. Ibu sangat khawatir jika saya harus meninggalkan pekerjaan yang sudah mapan, bagaimana nanti saya menafkahi istri dan dua anak. Di samping itu, keinginan saya untuk sekolah ke luar negeri sungguh meresahkan beliau, karena itu berarti akan membuat saya jauh dari sisinya. Tak ada ibu yang menginginkan jauh dari anaknya. Meskipun anaknya sudah beranak pinak. Ibu tetaplah Ibu. Tapi keinginan saya untuk sekolah semakin kuat. Bekerja lebih dari tujuh jam setelah lulus S1 membuat saya merasa rindu suasana akademik dan merasa harus segera mengasah gergaji. Paling sedikit 3 lamaran beasiswa saya layangkan setiap tahun, selama lebih dari empat tahun berturut-turut. Alhamdulillah, selalu saja ditolak. “ 
(Halaman 22)


“Saya baru sadar, ternyata doa ayah barulah separuh dari Ridha Allah. Separuh lagi ada pada doa ibu yang saat ini belum membukakan pintu restunya.” 
(Halaman 24)

Kang Irfan tidak menyerah, Ia terus mengirimkan aplikasi untuk seleksi beasiswa dan mulai meluangkan waktu untuk ibunya, lebih sering datang berkunjung ke rumah ibunya untuk mengobrol dan memberikan pijatan kepada ibu. Mekipun sebenarnya Ia tidak bermaksud merayu, namun ternyata hati ibunya mulai berubah, akhirnya ibu tak keberatan kalau Ia sekolah lagi, asal jangan jauh-jauh. Pintu restu mulai terbuka.

“Suatu siang, ketika saya di kantor, telepon berbunyi. Di ujung sana Ibu Nurwening, staf IIEF, mengabarkan ada satu kandidat penerima beasiswa yang mengundurkan diri. Saya telah disetujui oleh kantor pusat di Amerika untuk menjadi pengganti. Subhanallah, dalam jangka waktu kurang dari 48 jam, restu ibu mampu mengubah takdir.” 
(Halaman 25).


      Satu hari sebelum Kang Irfan berangkat ke Jakarta untuk karantina pendidikan Bahasa Inggris sebagai bagian dari program beasiswa, Ia mendapatkan beberapa nasihat dari ibunya. Namun ternyata, itu merupakan nasihat dan senyum terakhir dari sang Ibu, karena tepat satu jam setelah Ia sampai dirumahnya, Ia mendapatkan telepon bahwa ibunya telah tiada. 
“Saya baru sadar bahwa ibu memberikan izin kepada saya untuk pergi jauh, karena dia akan pergi lebih jauh.” 
(Halaman 26).

     Kisah-kisah yang diceritakan oleh Kang Irfan di buku ini sangatlah beragam, ada yang mampu membuat kita menangis haru tetapi banyak juga cerita yang membuat kita tertawa. Bahasa khas pencerita yang digunakan benar-benar membuat pembaca merasa dekat dengan dirinya, seolah-olah bukan sedang membaca melainkan sedang mendengar cerita langsung. Ah, ini sih pasti karena saya saja yang memang sudah pernah bertemu sama beliau, jadi terasa seperti sedang mendengar ceritanya satu persatu. :D hehehe
      Ada beberapa kisah yang membuat saya tertarik. Salah satunya, pada kisah ke-2: Lebih Susah Masuk Amerika daripada Masuk Surga, pada bagian ini diceritakan bagaimana susahnya untuk mendapatkan stempel persetujuan Visa ke Amerika. Saat sang istri dan dua anaknya akan menyusul ke Amerika, Ia mengirimkan 3 gambar kartun melalui e-mail dan meminta istrinya untuk membawa gambar tersebut pada saat wawancara untuk mendapatkan stempel persetujuan Visa ke Amerika. Gambar yang dibuat olehnya ternyata membuat hal rumit menjadi simple, tanpa banyak tanya, stempel mendarat di surat persetujuan.
Gambar pertama digunakan untuk menjawab pertanyaan pertama, yaitu berhubungan dengan tujuan datang ke Amerika
Gambar kedua, untuk menjawab pertanyaan, bagaimana sang Istri mensupport studi sang suami.
Gambar terakhir, untuk menjawab pertanyaa, bagaimana support finansial untuk keluara selama di Amerika
-----------------
Buku Bersampul Biru
Sedangkan, Buku bersampul biru berjudul Pungutlah Hikmah Walaupun dari Mulut Paman Sam, buku ini berisi 13 pelajaran hidup dan studi di Amerika bermodal doa orangtua, dan 7 tips praktis untuk meraih beasiswa dari para pemburu beasiswa. Pada bagian ini, saya menyukai kisah pada bagian ke-5 yaitu tentang semua doa direkam, dikabulkan kapan-kapan.
“Jika kau menginginkan sesuatu, segenap alam akan berkonspirasi membantumu.” 
– The Alchemist 
(Halaman 51)

“Radar Allah sangat sensitif. Dia merekam semua doa, baik doa yang dipanjatkan dalam rangkaian kata, gumaman dalam hati, atau hanya bersitan keinginan. Semua bentuk doa itu akan masuk daftar antrean untuk proses pengabulan. Allah akan menentukan kapan waktu yang tepat sebuah doa akan dicairkan. Bisa kontan, minggu depan, dua puluh tahun mendatang, atau  di akhirat kelak. Tapi intinya semua doa dikabulkan (syarat dan ketentuan berlaku) karena Allah tak pernah mengingkari janjinya.” 
-- ud’uni astajib lakum, “berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkannya untukmu.”-- 
(Halaman 51-52)


      Pada bagian 7 resep rahasia sukses berburu beasiswa dan menuntut ilmu di luar negeri dari 7 pemburu beasiswa merupakan hasil wawancara Kang Irfan terhadap sahabat-sahabat yang dulu sama-sama nyantri di Pesantren Darul Arqam Garut, yang kemudian mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Kisah ketujuh orang ini sangat inspiratif dan banyak tips yang diberikan untuk melakukan persiapan apabila ingin berburu beasiswa ke luar negeri. Ketujuh orang tersebut yaitu (1) Raja Juli Antoni: Mencari Beasiswa bukan Berburu Lailatur Qadar, (2) Hilman Latief: Jago Karate, Langganan Beasiswa, (3) Elpi Nazmuzzaman: Berburu Beasiswa seperti Mencari Jodoh, (4) Maulana: Bobotoh Persib di Manchester, (5) Yudi Nurul Ihsan: Mengejar Mimpi jadi Habibie sampai ke Jerman, (6) Ahmad Imam Mujadid Rais: Ditakdirkan Jadi Imam dan Rais, dan (7) Fahd Djibran: Si Anak Ajaib.
     Naah, kalau kamu mau tahu cerita dan tipsnya apa saja, langsung saja baca bukunya sendiri yaaa… Dijamin seru dan cocok buat kamu yang memang memiliki mimpi untuk berburu beasiswa ke luar negeri.
      Selain menampilkan banyak kisah perjalanan, buku ini juga dikemas secara menarik, ada banyak barcode yang dapat kamu scan sehingga dapat menonton link film tersebut, meskipun saya sendiri tidak melakukannya karena hp saya tidak memiliki aplikasi pembaca barcode nya hehehehe , selain itu, banyak kata-kata yang mengandung hikmah, dan ada juga beberapa doa yang ditampilkan, semuanya ditampilkan dengan huruf berwarna biru jadi pembaca tidak perlu memberikan tanda lagi, karena banyak bagian-bagian penting yang sudah dituliskan dengan huruf berwarna biru.
“Allaahumma laa maani’a li maa a’thaita wa laa mu’thiya li maa mana’ta. 
Ya Allah, tidak ada yang bisa menghalangi apa yang Engkau beri dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau cegah.”

(Halaman 35)

“Thoreau mengutip bahwa kemewahan bukan hanya tidak perlu, tapi juga jadi rintangan meningkatkanya derajat manusia.” 
(Halaman167)

“Hiduplah sederhana, maka hidup tak akan jadi rumit”.
(Halaman 169)

Naah, kesimpulannya, di buku ini Kang Irfan mengajak kita untuk berkelana mengikuti perjalanannya selama menempuh studi di Amerika hingga kembali ke Tanah Air lagi. Perjalanan yang disajikan sangat bermakna dan ada hikmah yang selalu dapat kita ambil disetiap akhir cerita, dan selalu ada pengorbanan disetiap pilihan hidup yang diambil. Buku ini juga mengajak pembaca untuk menyederhakan hal-hal rumit, yaitu fokuslah pada solusi bukan pada masalahnya, mengajak pembaca untuk hidup sederhana, terus berusaha dan berdoa atas mimpi-mimpi yang dimiliki, bersahabatlah dengan banyak orang dari golongan, ras, dan agama mana pun, serta menyebarkan rasa cinta damai kepada siapa pun. 
Selamat membaca! ~^_^~

1 komentar:

  1. Apa keunggulan dari novel neasiswa di bawah telapak kaki ibu

    BalasHapus