Judul
Buku : Beasiswa di Bawah Telapak Kaki Ibu
Penulis : Irfan Amalee
Penerbit : Mizania
Cetakan : Cetakan Ke-1
Tahun
Terbit : Juni 2013 / Rajab 1434 H
Tebal Buku : 243 + 197 Halaman
ISBN : 978-602-9255-51-5
----------------
[Resensi]
Buku ini merupakan buku karya Irfan
Amalee yang pertama kali saya baca. Buku ini ternyata terdiri dari 2 jenis (2
in 1) dengan konsep buku bulak balik, satu bagian bersampul depan warna kuning
dan satu lagi bersampul depan warna biru.
Buku bersampul kuning |
Buku bersampul kuning memiliki judul Beasiswa di
Bawah Telapak Kaki Ibu, bagian ini mengisahkan tentang perjalanan Kang irfan
selama menempuh studi S2 di Amerika, terdiri dari 21 cerita. Kisah yang
disajikan dapat dibaca secara berurutan maupun dibaca secara acak. Penulis
menggunakan sudut pandang orang pertama dan menggunakan gaya bahasa seperti
sedang bercerita, sehingga semua kisah disampaikan secara sederhana namun mudah
untuk dimengerti dan dipahami. Gaya bahasa ini cocok digunakan pada buku ini karena memang
kisah yang yang diceritakan merupakan pengalaman yang dialami oleh dirinya
sendiri.
Kisah pertama di buku ini dimulai
dari menceritakan proses penulis dalam meraih restu dan izin dari ibunya untuk berburu beasiswa
S2 di Amerika.
“Sejak awal saya
menyampaikan niat untuk melanjutkan sekolah S2, ibu tak setuju. Ibu sangat khawatir
jika saya harus meninggalkan pekerjaan yang sudah mapan, bagaimana nanti saya
menafkahi istri dan dua anak. Di samping itu, keinginan saya untuk sekolah ke
luar negeri sungguh meresahkan beliau, karena itu berarti akan membuat saya
jauh dari sisinya. Tak ada ibu yang menginginkan jauh dari anaknya. Meskipun
anaknya sudah beranak pinak. Ibu tetaplah Ibu. Tapi keinginan saya untuk
sekolah semakin kuat. Bekerja lebih dari tujuh jam setelah lulus S1 membuat
saya merasa rindu suasana akademik dan merasa harus segera mengasah gergaji.
Paling sedikit 3 lamaran beasiswa saya layangkan setiap tahun, selama lebih
dari empat tahun berturut-turut. Alhamdulillah, selalu saja ditolak. “
(Halaman
22)
“Saya baru
sadar, ternyata doa ayah barulah separuh dari Ridha Allah. Separuh lagi ada
pada doa ibu yang saat ini belum membukakan pintu restunya.”
(Halaman 24)
Kang Irfan tidak menyerah, Ia terus mengirimkan
aplikasi untuk seleksi beasiswa dan mulai meluangkan waktu untuk ibunya, lebih
sering datang berkunjung ke rumah ibunya untuk mengobrol dan memberikan pijatan
kepada ibu. Mekipun sebenarnya Ia tidak bermaksud merayu, namun ternyata hati
ibunya mulai berubah, akhirnya ibu tak keberatan kalau Ia sekolah lagi, asal
jangan jauh-jauh. Pintu restu mulai terbuka.
“Suatu siang,
ketika saya di kantor, telepon berbunyi. Di ujung sana Ibu Nurwening, staf
IIEF, mengabarkan ada satu kandidat penerima beasiswa yang mengundurkan diri.
Saya telah disetujui oleh kantor pusat di Amerika untuk menjadi pengganti.
Subhanallah, dalam jangka waktu kurang dari 48 jam, restu ibu mampu mengubah
takdir.”
(Halaman 25).
Satu hari sebelum Kang Irfan
berangkat ke Jakarta untuk karantina pendidikan Bahasa Inggris sebagai bagian dari
program beasiswa, Ia mendapatkan beberapa nasihat dari ibunya. Namun ternyata, itu
merupakan nasihat dan senyum terakhir dari sang Ibu, karena tepat satu jam
setelah Ia sampai dirumahnya, Ia mendapatkan telepon bahwa ibunya telah tiada.
“Saya baru sadar
bahwa ibu memberikan izin kepada saya untuk pergi jauh, karena dia akan pergi
lebih jauh.”
(Halaman 26).
Kisah-kisah yang diceritakan oleh Kang
Irfan di buku ini sangatlah beragam, ada yang mampu membuat kita menangis haru
tetapi banyak juga cerita yang membuat kita tertawa. Bahasa khas pencerita yang
digunakan benar-benar membuat pembaca merasa dekat dengan dirinya, seolah-olah
bukan sedang membaca melainkan sedang mendengar cerita langsung. Ah, ini sih
pasti karena saya saja yang memang sudah pernah bertemu sama beliau, jadi
terasa seperti sedang mendengar ceritanya satu persatu. :D hehehe
Ada beberapa kisah yang membuat saya
tertarik. Salah satunya, pada kisah ke-2: Lebih Susah Masuk Amerika daripada Masuk
Surga, pada bagian ini diceritakan bagaimana susahnya untuk mendapatkan stempel
persetujuan Visa ke Amerika. Saat sang istri dan dua anaknya akan menyusul ke
Amerika, Ia mengirimkan 3 gambar kartun melalui e-mail dan meminta istrinya untuk membawa gambar tersebut pada saat
wawancara untuk mendapatkan stempel persetujuan Visa ke Amerika. Gambar yang dibuat olehnya
ternyata membuat hal rumit menjadi simple, tanpa banyak tanya, stempel mendarat
di surat persetujuan.
Gambar pertama digunakan untuk menjawab pertanyaan pertama, yaitu berhubungan dengan tujuan datang ke Amerika |
Gambar kedua, untuk menjawab pertanyaan, bagaimana sang Istri mensupport studi sang suami. |
Gambar terakhir, untuk menjawab pertanyaa, bagaimana support finansial untuk keluara selama di Amerika |
-----------------
Buku Bersampul Biru |
Sedangkan, Buku bersampul biru berjudul Pungutlah
Hikmah Walaupun dari Mulut Paman Sam, buku ini berisi 13 pelajaran hidup dan
studi di Amerika bermodal doa orangtua, dan 7 tips praktis untuk meraih
beasiswa dari para pemburu beasiswa. Pada bagian ini, saya menyukai kisah pada
bagian ke-5 yaitu tentang semua doa direkam, dikabulkan kapan-kapan.
“Jika kau
menginginkan sesuatu, segenap alam akan berkonspirasi membantumu.”
– The
Alchemist
(Halaman 51)
“Radar Allah
sangat sensitif. Dia merekam semua doa, baik doa yang dipanjatkan dalam
rangkaian kata, gumaman dalam hati, atau hanya bersitan keinginan. Semua bentuk
doa itu akan masuk daftar antrean untuk proses pengabulan. Allah akan
menentukan kapan waktu yang tepat sebuah doa akan dicairkan. Bisa kontan,
minggu depan, dua puluh tahun mendatang, atau
di akhirat kelak. Tapi intinya semua doa dikabulkan (syarat dan ketentuan
berlaku) karena Allah tak pernah mengingkari janjinya.”
-- ud’uni astajib
lakum, “berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkannya untukmu.”--
(Halaman 51-52)
Pada bagian 7 resep rahasia sukses
berburu beasiswa dan menuntut ilmu di luar negeri dari 7 pemburu beasiswa
merupakan hasil wawancara Kang Irfan terhadap sahabat-sahabat yang dulu
sama-sama nyantri di Pesantren Darul Arqam Garut, yang kemudian mendapatkan beasiswa
ke luar negeri. Kisah ketujuh orang ini sangat inspiratif dan banyak tips yang
diberikan untuk melakukan persiapan apabila ingin berburu beasiswa ke luar
negeri. Ketujuh orang tersebut yaitu (1) Raja Juli Antoni: Mencari Beasiswa
bukan Berburu Lailatur Qadar, (2) Hilman Latief: Jago Karate, Langganan
Beasiswa, (3) Elpi Nazmuzzaman: Berburu Beasiswa seperti Mencari Jodoh, (4)
Maulana: Bobotoh Persib di Manchester, (5) Yudi Nurul Ihsan: Mengejar Mimpi
jadi Habibie sampai ke Jerman, (6) Ahmad Imam Mujadid Rais: Ditakdirkan Jadi
Imam dan Rais, dan (7) Fahd Djibran: Si Anak Ajaib.
Naah, kalau kamu mau tahu cerita dan
tipsnya apa saja, langsung saja baca bukunya sendiri yaaa… Dijamin seru dan
cocok buat kamu yang memang memiliki mimpi untuk berburu beasiswa ke luar
negeri.
Selain menampilkan banyak kisah
perjalanan, buku ini juga dikemas secara menarik, ada banyak barcode yang dapat
kamu scan sehingga dapat menonton link film tersebut, meskipun saya sendiri
tidak melakukannya karena hp saya tidak memiliki aplikasi pembaca barcode nya
hehehehe , selain itu, banyak kata-kata yang mengandung hikmah, dan ada juga
beberapa doa yang ditampilkan, semuanya ditampilkan dengan huruf berwarna biru
jadi pembaca tidak perlu memberikan tanda lagi, karena banyak bagian-bagian
penting yang sudah dituliskan dengan huruf berwarna biru.
“Allaahumma laa
maani’a li maa a’thaita wa laa mu’thiya li maa mana’ta.
Ya Allah, tidak ada
yang bisa menghalangi apa yang Engkau beri dan tidak ada yang bisa memberi apa
yang Engkau cegah.”
(Halaman 35)
“Thoreau
mengutip bahwa kemewahan bukan hanya tidak perlu, tapi juga jadi rintangan
meningkatkanya derajat manusia.”
(Halaman167)
“Hiduplah
sederhana, maka hidup tak akan jadi rumit”.
(Halaman 169)
Naah, kesimpulannya, di
buku ini Kang Irfan mengajak kita untuk berkelana mengikuti perjalanannya selama
menempuh studi di Amerika hingga kembali ke Tanah Air lagi. Perjalanan yang
disajikan sangat bermakna dan ada hikmah yang selalu dapat kita ambil disetiap
akhir cerita, dan selalu ada pengorbanan disetiap pilihan hidup yang diambil. Buku ini juga mengajak pembaca untuk menyederhakan hal-hal rumit, yaitu fokuslah pada solusi bukan pada masalahnya, mengajak pembaca untuk hidup
sederhana, terus berusaha dan berdoa atas mimpi-mimpi yang dimiliki,
bersahabatlah dengan banyak orang dari golongan, ras, dan agama mana pun, serta
menyebarkan rasa cinta damai kepada siapa pun.
Selamat membaca! ~^_^~
Apa keunggulan dari novel neasiswa di bawah telapak kaki ibu
BalasHapus