Assalamu’alaikum,
Haii…. Kali ini saya mau curhat tentang sebuah kampung atau desa yang berada di Jogjakarta. Ah iya, tentu saja ini hanya sebuah tulisan curhatan bukan tentang sejarah. Janganlah terlalu berharap besar 😆 Selamat membaca~
Haii…. Kali ini saya mau curhat tentang sebuah kampung atau desa yang berada di Jogjakarta. Ah iya, tentu saja ini hanya sebuah tulisan curhatan bukan tentang sejarah. Janganlah terlalu berharap besar 😆 Selamat membaca~
Sejak
tahun ajaran 2017-2018 saya mulai mengajar di SMP dan SMA Muhammadiyah 4 Depok.
Salah satu agenda sekolah adalah Rihlah ke Jogjakarta. Selama kurun waktu 2
tahun, saya sudah 5 kali ke Jogjakarta bersama murid-murid. Alhamdulillah. Amazing.
Hehehe
Dahulu,
mana pernah kepikiran akan sesering ini berkunjung ke Jogja. Jogja memang
selalu membuat rindu. Jogja dan Bandung adalah dua kota yang sangat saya sukai.
Eh, Depok juga sih, sebagai kota Kelahiran dan tempat tinggal. 😍
Bosan
tidak bosan itu urusan belakangan sih, ada beberapa hal yang membuat perjalanan
5 kali ke Jogja ini tetap menyenangkan, yaitu ketika berkunjung ke Desa Kauman.
Lima kali ke Kauman tidak lantas membuat saya bosan, saya sangat menyukai Desa
ini. Terlepas dari bagian sejarahnya, tapi kauman memang memilki pesonanya
tersendiri. Ada saja hal-hal baru yang hadir setiap kali ke sana,
perkampungannya yang tertata rapi dan asri membuat saya selalu betah
berlama-lama di Kauman.
Asal-Asul
Pemberian Nama Kauman
"Kauman, sebuah daerah di kelurahan
Ngupasan, Kecamatan Gondamanan, Kota Yogyakarta, sekitar 500 meter ke arah
selatan dari ujung kawasan Malioboro, dan 200 m dari pagelaran utara Keraton
Nyayogyakarta Hadiningrat ini merupakan kampung yang begitu masyhur. Karena di
sinilah Muhammadiyah lahir pada 8 Dzulhijjah 1330 H, bertepatan dgn 18 November
1912 M oleh seorang pegawai Kesultanan Keraton Yogyakarta bernama Muhammad
Darwis. Tokoh ini di kemudian hari dikenal dengan sebutan K.H.Ahmad Dahlan." (1)
"Bagian kampung sebelah utara dibatasi
Jalan K.H.A.Dahlan, sebelah selatan dibatasi Jalan Kauman, sebelah timur
dibatasi dengan batas Jalan Pekapalan dan Jalan Trikora. Sementara di sebelah
barat dibatasi Jalan Nyai Ahmad Dahlan atau dulu dikenal dengan Jalan Gerjen." (2)
"Nama Kauman sesungguhnya juga banyak
dipakai di berbagai tempat di tanah Jawa. Biasanya letak Kauman selalu tidak
jauh dari pusat pemerintahan, terutama pada kerajaan-kerajaan Islam yg ada di
Jawa. Kerjaaan-kerajaan tersebut biasanya dalam membangun istananya selalu
menyertakan tiga tempat, yaitu alun-alun, masjid, dan pasar." (3)
"Kata Kauman sendiri berasal dari Qaim yg artinya penegak, sebagai
kepanjangan dari Qaim ad-diin
(Penegak Agama). Konon Sri Sultan Hamengkubuwana I juga menata struktur kepengurusan
masjid dengan menugaskan para kaum atau kayim yg berjumlah 40 orang. Paduka
Sultan lalu menunjuk penghulu hakim untuk mengepalai para kaum tersebut, yg
terdiri dari para ketib (Khatib), modin (Muadzin), marbot (Penanggung jawab
bilik-bilik masjid atau Rabath), dan ditambah beberapa administratur yang
berupa juru tulis dan bendahara masjid. Dengan demikian para kaum tersebut
menetap di sekitar Masjid Agung, hingga terbentuklah sebuah kampung bernama
Kauman."(4)
Okey, itu tadi sekilas mengenai asal
usul nama Kauman yang bisa kamu simpulkan sendiri 😃
Naah, sekarang saya mau share beberapa
foto yang berhasil saya ambil ketika berkeliling kauman. Kegiatan Napak Tilas
di Kauman tentu saja tidak dilakukan oleh peserta didik sendiri, tetapi
didampingi oleh guru pendamping dan juga tim Muhammadiyah Heritage Trip.
Kebedaraan tim Muhammadiyah Heritage ini sangatlah membantu, karena mereka yang
akan menjadi tour guide selama kita
berkeliling di Kauman. Silahkan langsung saja follow IG mereka di Muhammadiyah
Heritage Trip.
Ada apa saja sih di Kauman? Yuuk kita
cek bersama-sama~
Masjid
Gedhe Kauman
"Kampung Kauman dan Masjid Gedhe Kauman
merupakan sebuah rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dengan Keraton Jogja
sebagai kerajaan Islam hasil perundingan Giyanti pada tahun 1755." (5)
K.H.A Dahlan berhasil mengoreksi arah
kiblat Masjid Gedhe yang saat itu mempunyai selisih 23 derajat. Salah satu
peristiwa yang cukup fenomenal dan bersejarah. Selain menyimpan banyak
sejarah, Halaman depan masjid Gedhe juga dapat dijadikan tempat untuk berfoto
yang bagus, suasana langitnya pun jika sedang cerah sangat bagus. Saya suka
sekali foto novel di sana 😅. Setelah melaksanakan ibadah sholat dan berkeliling
di Masjid Gedhe, kamu juga dapat berbelanja beberapa souvenir khas muhammadiyah
di Toko Suara Muhammadiyah yg terletak persis di depan Masjid Gedhe.
Monumen
Syuhada Fi Sabilillah
Monumen ini terletak di ujung gang
sebelah utara Masjid Gedhe Kauman yang dikelilingi taman kecil. Di monument ini
tertulis 25 orang syuhada yang merupakan warga kauman yang meninggal ketika
ikut berperang memperjuangkan kemerdekaan.
Rumah di Kauman tertata sangat rapi,
masih banyak jenis bangunan lama. Banyak bangunan yang dipertahankan karena
dijadikan cagar budaya yang bernilai sejarah. Lima kali mendatangi Kauman, saya
beberapa kali mendapatkan rumah-rumah di sana bergonta ganti warna cat nya, dan
tentu saja ini membuat para wisatawan tertarik, karena instagram-able sekali. :D
Eh, ada foto siapa nih ya? 😅 |
Jalan di Pemukiman Penduduknya memang
tidak seluas jalan raya, mobil pun tidak dapat masuk, tetapi hal ini justru
membuat wisatawan merasa sangat nyaman untuk menikmati khusyu’ nya kampung
Kauman. Dan tentu saja, ada hal unik, setiap kendaraan bermotor yang masuk ke
dalam gang pemukiman penduduk, kendaraan tersebut tidak boleh dinyalakan mesinnya,
melainkan harus dimatikan dan dituntun. Nyaman bukan? : )) Peraturan ini bertujuan agar suara
kendaraan bermotor tidak mengganggu warga, tidak mengganggu proses belajar
mengajar yang ada di sekitar Kauman, juga demi kenyamanan bersama, serta saling
menghormati.
Mushola
Aisyiyah Khusus Wanita
Mushola ini dahulu adalah rumah dari
H.Irsyad, setelah beliau meninggal dunia, tanahnya diwakafkan kepada
Muhammadiyah dan dibangunlah menjadi Mushola khusus Wanita. Mushola ini hadir
diperuntukkan khusus untuk perempuan, ketika dahulu masjid Gedhe masih
didominasi oleh laki-laki dan gerak perempuan sangat terbatas di dalam rumah,
maka hadirnya musholla ini bertujuan untuk memberikan runag gerak untuk
perempuan dalam mengatur berbagai kegiatan sosial dan bermasyarakat.
Sesuai namanya, Mushola ini khusus untuk
jamaah wanita. Tidak ada suara adzan yang keluar dari mushola ini, adzan
berpatokan dari Masjid Gedhe Kauman. Musholanya sangat rapi lhoo, kamar
mandinya juga bersih, jamaahnya biasanya ibu-ibu dan lansia. Oh iya, sewaktu
Nasyiatul Aisyiyah masih bernama Siswa Praja Wanita mushola ini pernah
dijadikan sebagai tempat pusat kegiatan untuk para Perempuan Muda lhoo.
Guru-Guru SMP Muhammadiyah 4 Depok nih.. |
Iya, ini langgar yang digunakan oleh
K.H.A Dahlan untuk mengajar dan mendidik murid-muridnya. Tentunya sudah dilakukan
beberapa kali renovasi. Langgar Kidul kini sudah tidak digunakan seperti dulu.
Sekarang dijadikan sebagai cagar budaya,, dimana pada lantai satu digunakan
sebagai museum mini dari perjuangan serta kisah K.H.A Dahlan dan Muhamadiyah,
sedangkan lantai dua difungsikan untuk mengajarkan tahfidz kepada anak-anak
sekitar Kauman di hari-hari tertentu saja.
Makam
Siti Walidah (Nyai Ahmad Dahlan)
Makam Siti Walidah terletak di belakang
kompleks Masjid Gedhe, ini bukan tempat pemakaman umum, jadi tempatnya agak kurang
terawat, hanya ada beberapa makam, salah satu nya makam Siti Walidah. Tapi
tenang saja, Alhamdulillah makam Siti Walidah cukup terawat koq.
Oh iya, jangan mencari makam
K.H.A.Dahlan disana yaa, karena beliau berdua dimakamkan ditempat yang berbeda.
Makam K.H.A.Dahlan terdapat di Karangkajen, saya pun sudah pernah kesana. Makam
K.H.A Dahlan berdampingan dengan beberapa makam pemimpin Muhammadiyah lainnya,
seperti Ahmad Badawi, dan K.H.Ibrahim.
Makam K.H.A. Dahlan berada di daerah yang berbeda dengan makam Nyai Walidah |
Naah, itulah beberapa tempat yang ada di
Kauman. Hanya segitu? Oh, tenang saja, tentu masih banyak tempat bersejarah dan
unik yang dapat kamu temukan. Hanya saja, kamu harus cek dan datang sendiri ke
Kauman yaa 😆 😍.
Ada juga nih beberapa peraturan yang
banyak ditempel di sekitar tembok pemukiman penduduk Desa Kauman~
Ajakan untuk sholat berjamaah di Masjid 😀 |
Anda Sopan, Kami Segan : Matikan Mesin dan Dituntun |
Nah, kalau ini aturan mengenai jam mengaji dan jam belajar di malam hari |
Ini ajakan untuk membuat sampah dan kotoran hewan sesuai dengan waktu dan pada tempatnya |
Saya berharap semoga Kauman di Jogja ini bisa
terus menjadi desa yang menyejukkan sehingga membuat wisatawan betah
berlama-lama dan tentu saja ingin terus kembali ke sana. Ah, saya pun rasanya
ingin tinggal di sana. Menjadi desa berbudaya memang tidak mudah, butuh
kerjasama seluruh komponen masyarakatnya. Yuuk, kita sebagai pengunjung tetap
jaga kebersihan, ketertiban, dan keramahan. 😃 😇
Demikianlah rubrik curhat kali ini,
sampai jumpa di rubrik curhat selanjutnya. Mohon maaf jika ada kesalahan dan
kurang berkenan yaa 😇. Semoga tulisan ini ada manfaatnya 😉.
See You~ 👋
Wassalamu’alaikum…
Sumber Tulisan
1) Didik
L. Hariri : Jejak Sang Pencerah – Republika Penerbit (Nomor 4)
2) Sidik
Jatmika dan M. Zahrul Anam : Kauman; Muhammadiyah Undercover – Gelanggang Penerbit
(Nomor 1, 2, 3, dan 5)
Sumber Foto : Semua foto milik pribadi.
Gada foto aku masa wkwkwk
BalasHapusFoto saya mana teh??
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKayaknya kampung kauman ada di banyak kota ya, di Malang juga ada. Isinya kebanyakan orang arab...
BalasHapus