Minggu, 07 April 2019

[Curhat] Kauman : Sebuah Desa yang Bersejarah dan Menyejukkan


Assalamu’alaikum,
            Haii…. Kali ini saya mau curhat tentang sebuah kampung atau desa yang berada di Jogjakarta. Ah iya, tentu saja ini hanya sebuah tulisan curhatan bukan tentang sejarah. Janganlah terlalu berharap besar 😆 Selamat membaca~
             Sejak tahun ajaran 2017-2018 saya mulai mengajar di SMP dan SMA Muhammadiyah 4 Depok. Salah satu agenda sekolah adalah Rihlah ke Jogjakarta. Selama kurun waktu 2 tahun, saya sudah 5 kali ke Jogjakarta bersama murid-murid. Alhamdulillah. Amazing. Hehehe

            Dahulu, mana pernah kepikiran akan sesering ini berkunjung ke Jogja. Jogja memang selalu membuat rindu. Jogja dan Bandung adalah dua kota yang sangat saya sukai. Eh, Depok juga sih, sebagai kota Kelahiran dan tempat tinggal. 😍
            Bosan tidak bosan itu urusan belakangan sih, ada beberapa hal yang membuat perjalanan 5 kali ke Jogja ini tetap menyenangkan, yaitu ketika berkunjung ke Desa Kauman. Lima kali ke Kauman tidak lantas membuat saya bosan, saya sangat menyukai Desa ini. Terlepas dari bagian sejarahnya, tapi kauman memang memilki pesonanya tersendiri. Ada saja hal-hal baru yang hadir setiap kali ke sana, perkampungannya yang tertata rapi dan asri membuat saya selalu betah berlama-lama di Kauman.

Asal-Asul Pemberian Nama Kauman
"Kauman, sebuah daerah di kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondamanan, Kota Yogyakarta, sekitar 500 meter ke arah selatan dari ujung kawasan Malioboro, dan 200 m dari pagelaran utara Keraton Nyayogyakarta Hadiningrat ini merupakan kampung yang begitu masyhur. Karena di sinilah Muhammadiyah lahir pada 8 Dzulhijjah 1330 H, bertepatan dgn 18 November 1912 M oleh seorang pegawai Kesultanan Keraton Yogyakarta bernama Muhammad Darwis. Tokoh ini di kemudian hari dikenal dengan sebutan K.H.Ahmad Dahlan." (1)

"Bagian kampung sebelah utara dibatasi Jalan K.H.A.Dahlan, sebelah selatan dibatasi Jalan Kauman, sebelah timur dibatasi dengan batas Jalan Pekapalan dan Jalan Trikora. Sementara di sebelah barat dibatasi Jalan Nyai Ahmad Dahlan atau dulu dikenal dengan Jalan Gerjen." (2)



"Nama Kauman sesungguhnya juga banyak dipakai di berbagai tempat di tanah Jawa. Biasanya letak Kauman selalu tidak jauh dari pusat pemerintahan, terutama pada kerajaan-kerajaan Islam yg ada di Jawa. Kerjaaan-kerajaan tersebut biasanya dalam membangun istananya selalu menyertakan tiga tempat, yaitu alun-alun, masjid, dan pasar." (3)

"Kata Kauman sendiri berasal dari Qaim yg artinya penegak, sebagai kepanjangan dari Qaim ad-diin (Penegak Agama). Konon Sri Sultan Hamengkubuwana I juga menata struktur kepengurusan masjid dengan menugaskan para kaum atau kayim yg berjumlah 40 orang. Paduka Sultan lalu menunjuk penghulu hakim untuk mengepalai para kaum tersebut, yg terdiri dari para ketib (Khatib), modin (Muadzin), marbot (Penanggung jawab bilik-bilik masjid atau Rabath), dan ditambah beberapa administratur yang berupa juru tulis dan bendahara masjid. Dengan demikian para kaum tersebut menetap di sekitar Masjid Agung, hingga terbentuklah sebuah kampung bernama Kauman."(4)

Okey, itu tadi sekilas mengenai asal usul nama Kauman yang bisa kamu simpulkan sendiri 😃
Naah, sekarang saya mau share beberapa foto yang berhasil saya ambil ketika berkeliling kauman. Kegiatan Napak Tilas di Kauman tentu saja tidak dilakukan oleh peserta didik sendiri, tetapi didampingi oleh guru pendamping dan juga tim Muhammadiyah Heritage Trip. Kebedaraan tim Muhammadiyah Heritage ini sangatlah membantu, karena mereka yang akan menjadi tour guide selama kita berkeliling di Kauman. Silahkan langsung saja follow IG mereka di Muhammadiyah Heritage Trip.

Ada apa saja sih di Kauman? Yuuk kita cek bersama-sama~
Masjid Gedhe Kauman
"Kampung Kauman dan Masjid Gedhe Kauman merupakan sebuah rangkaian yang tidak dapat dipisahkan dengan Keraton Jogja sebagai kerajaan Islam hasil perundingan Giyanti pada tahun 1755." (5)
K.H.A Dahlan berhasil mengoreksi arah kiblat Masjid Gedhe yang saat itu mempunyai selisih 23 derajat. Salah satu peristiwa yang cukup fenomenal dan bersejarah. Selain menyimpan banyak sejarah, Halaman depan masjid Gedhe juga dapat dijadikan tempat untuk berfoto yang bagus, suasana langitnya pun jika sedang cerah sangat bagus. Saya suka sekali foto novel di sana 😅. Setelah melaksanakan ibadah sholat dan berkeliling di Masjid Gedhe, kamu juga dapat berbelanja beberapa souvenir khas muhammadiyah di Toko Suara Muhammadiyah yg terletak persis di depan Masjid Gedhe.


Monumen Syuhada Fi Sabilillah
Monumen ini terletak di ujung gang sebelah utara Masjid Gedhe Kauman yang dikelilingi taman kecil. Di monument ini tertulis 25 orang syuhada yang merupakan warga kauman yang meninggal ketika ikut berperang memperjuangkan kemerdekaan.

Pemukiman Penduduk di Kauman
Rumah di Kauman tertata sangat rapi, masih banyak jenis bangunan lama. Banyak bangunan yang dipertahankan karena dijadikan cagar budaya yang bernilai sejarah. Lima kali mendatangi Kauman, saya beberapa kali mendapatkan rumah-rumah di sana bergonta ganti warna cat nya, dan tentu saja ini membuat para wisatawan tertarik, karena instagram-able sekali. :D

Eh, ada foto siapa nih ya? 😅
Jalan di Pemukiman Penduduknya memang tidak seluas jalan raya, mobil pun tidak dapat masuk, tetapi hal ini justru membuat wisatawan merasa sangat nyaman untuk menikmati khusyu’ nya kampung Kauman. Dan tentu saja, ada hal unik, setiap kendaraan bermotor yang masuk ke dalam gang pemukiman penduduk, kendaraan tersebut tidak boleh dinyalakan mesinnya, melainkan harus dimatikan dan dituntun. Nyaman bukan?  : )) Peraturan ini bertujuan agar suara kendaraan bermotor tidak mengganggu warga, tidak mengganggu proses belajar mengajar yang ada di sekitar Kauman, juga demi kenyamanan bersama, serta saling menghormati. 












 
Mushola Aisyiyah Khusus Wanita
Mushola ini dahulu adalah rumah dari H.Irsyad, setelah beliau meninggal dunia, tanahnya diwakafkan kepada Muhammadiyah dan dibangunlah menjadi Mushola khusus Wanita. Mushola ini hadir diperuntukkan khusus untuk perempuan, ketika dahulu masjid Gedhe masih didominasi oleh laki-laki dan gerak perempuan sangat terbatas di dalam rumah, maka hadirnya musholla ini bertujuan untuk memberikan runag gerak untuk perempuan dalam mengatur berbagai kegiatan sosial dan bermasyarakat. 
Sesuai namanya, Mushola ini khusus untuk jamaah wanita. Tidak ada suara adzan yang keluar dari mushola ini, adzan berpatokan dari Masjid Gedhe Kauman. Musholanya sangat rapi lhoo, kamar mandinya juga bersih, jamaahnya biasanya ibu-ibu dan lansia. Oh iya, sewaktu Nasyiatul Aisyiyah masih bernama Siswa Praja Wanita mushola ini pernah dijadikan sebagai tempat pusat kegiatan untuk para Perempuan Muda lhoo.
Guru-Guru SMP Muhammadiyah 4 Depok nih..
Langgar Kidul K.H.A.Dahlan
Iya, ini langgar yang digunakan oleh K.H.A Dahlan untuk mengajar dan mendidik murid-muridnya. Tentunya sudah dilakukan beberapa kali renovasi. Langgar Kidul kini sudah tidak digunakan seperti dulu. Sekarang dijadikan sebagai cagar budaya,, dimana pada lantai satu digunakan sebagai museum mini dari perjuangan serta kisah K.H.A Dahlan dan Muhamadiyah, sedangkan lantai dua difungsikan untuk mengajarkan tahfidz kepada anak-anak sekitar Kauman di hari-hari tertentu saja. 
 
Kalau ini beberapa Pengajar di SMA Muhammadiyah 4 Depok
Makam Siti Walidah (Nyai Ahmad Dahlan)
Makam Siti Walidah terletak di belakang kompleks Masjid Gedhe, ini bukan tempat pemakaman umum, jadi tempatnya agak kurang terawat, hanya ada beberapa makam, salah satu nya makam Siti Walidah. Tapi tenang saja, Alhamdulillah makam Siti Walidah cukup terawat koq.

Oh iya, jangan mencari makam K.H.A.Dahlan disana yaa, karena beliau berdua dimakamkan ditempat yang berbeda. Makam K.H.A.Dahlan terdapat di Karangkajen, saya pun sudah pernah kesana. Makam K.H.A Dahlan berdampingan dengan beberapa makam pemimpin Muhammadiyah lainnya, seperti Ahmad Badawi, dan K.H.Ibrahim.
Makam K.H.A. Dahlan berada di daerah yang berbeda dengan makam Nyai Walidah
Naah, itulah beberapa tempat yang ada di Kauman. Hanya segitu? Oh, tenang saja, tentu masih banyak tempat bersejarah dan unik yang dapat kamu temukan. Hanya saja, kamu harus cek dan datang sendiri ke Kauman yaa 😆 😍.

Ada juga nih beberapa peraturan yang banyak ditempel di sekitar tembok pemukiman penduduk Desa Kauman~
Ajakan untuk sholat berjamaah di Masjid 😀
Anda Sopan, Kami Segan : Matikan Mesin dan Dituntun
Nah, kalau ini aturan mengenai jam mengaji dan jam belajar di malam hari
Ini ajakan untuk membuat sampah dan kotoran hewan sesuai dengan waktu dan pada tempatnya
Saya berharap semoga Kauman di Jogja ini bisa terus menjadi desa yang menyejukkan sehingga membuat wisatawan betah berlama-lama dan tentu saja ingin terus kembali ke sana. Ah, saya pun rasanya ingin tinggal di sana. Menjadi desa berbudaya memang tidak mudah, butuh kerjasama seluruh komponen masyarakatnya. Yuuk, kita sebagai pengunjung tetap jaga kebersihan, ketertiban, dan keramahan. 😃 😇 

Demikianlah rubrik curhat kali ini, sampai jumpa di rubrik curhat selanjutnya. Mohon maaf jika ada kesalahan dan kurang berkenan yaa 😇. Semoga tulisan ini ada manfaatnya 😉.
See You~ 👋
Wassalamu’alaikum… 




Sumber Tulisan
1)   Didik L. Hariri : Jejak Sang Pencerah – Republika Penerbit (Nomor 4)
2)   Sidik Jatmika dan M. Zahrul Anam : Kauman; Muhammadiyah Undercover – Gelanggang Penerbit (Nomor 1, 2, 3, dan 5)
 
Sumber Foto : Semua foto milik pribadi.

4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Kayaknya kampung kauman ada di banyak kota ya, di Malang juga ada. Isinya kebanyakan orang arab...

    BalasHapus