Minggu, 17 Desember 2017

[Resensi Novel] Sang Penandai - Tere Liye



[Identitas Buku]
Judul Buku        : Sang Penandai
Penulis               : Tere Liye
Penerbit              : Republika Penerbit
Cetakan              : Cetakan Ke-9
Tahun Terbit       : November 2016
Halaman             : 295 Halaman
ISBN                  : 978 - 6029 - 888 - 324
Rating                 : 3.5 / 5 💫
****
[Blurb]
Duhai, apakah kau akan memilih mati ketika cinta sejatimu tidak terwujudkan? Ataukah hanya bisa memeluk lutut, menangis tersedu, bersembunyi di balik pintu seperti anak kecil tidak kebagian sebutir permen? 
 
Adalah Jim, pemuda yatim piatu dipilih oleh Sang Penandai (Penjaga dongeng-dongeng), untuk mengukir kisah melupakan sang pujaan hati, Nayla. 
 
Adalah Jim, pemuda yang jangankan memegang pedang, membaca pun tidak bisa, terpilih untuk menggurat cerita tentang berdamai dengan masa lalu. 

Dia harus menyelesaikan pahit – getir perjalanannya—apapun harganya! Karena kita sungguh membutuhkan dongeng ini.

“Apakah kau juga akan mati untukku?” Nayla bertanya lirih.
Jim mengangguk, anggukan yang terlalu berani.
****

[Review]
“Cinta adalah kata kerja, dan sebagai kata kerja jelas ia membutuhkan tindakan-tindakan, bukan sekadar perasaan-perasaan.”
(Hal. 1)

Sang Penandai adalah novel yang menceritakan tentang perjalanan Jim dalam mencari jati dirinya sebagai seorang Pecinta Sejati. Jim adalah anak yatim piatu yang bekerja sebagai pemain biola. Sedari kecil, Ia telah memiliki masa kecil yang kelam, hingga akhirnya Ia menemukan kesenangan dengan sebuah biola yang kemudian menjadi mata pencahariannya. 

Jim tidak sendiri, Ia bahagia dengan kekasihnya yang bernama Nayla. Tetapi, ternyata kebahagiaan itu hanya sementara, karena tepat pada bulan 7 tanggal 7 jam 7 Nayla memutuskan untuk bunuh diri karena tidak ingin menikah dengan laki-laki lain.

Hubungan Jim dan Nayla tidak mendapatkan restu dari orangtua Nayla karena perbedaan kasta, oleh karena itulah, Nayla dijodohkan dan akan dinikahkan dengan lelaki pilihan orangtuanya. Bagi Nayla, tidak ada artinya hidup jika harus menikah dengan oranglain, Nayla hanya mencintai Jim. Tetapi, orang yang dicintai, tidak kunjung diberikan keberanian untuk datang menjemput Nayla, atau membawa kabur Nayla agar terhindar dari penikahannya. Nayla yang frustasi, akhirnya memutuskan untuk meminum racun hingga meninggal dunia.  

Kepergian Nayla tentu saja membuat Jim tidak kalah frustasinya, dan menyalahkan dirinya sendiri. Ia ingin menyusul Nayla dengan cara yang sama yaitu bunuh diri. Tetapi, tahukah kalian? Ternyata Jim tidak seberani itu. Ia sudah mencoba beberapa cara tetapi tetap saja akhirnya Ia takut dan mengurungkan niatnya tersebut. Jim ternyata seorang pengecut. Hal inilah yang semakin membuatnya frustasi, Ia merasa untuk apa hidup jika Nayla sudah tidak ada lagi disampingnya, tetapi bunuh diri ternyata bukanlah hal mudah yang dapat dilakukannya.

Ditengah rasa frustasinya tersebut, Jim bertemu dengan pria asing yang menyebut dirinya sebagai Sang Penandai. Maksud kata Penandai di dalam buku ini dijelaskan melalui catatan kaki, yaitu; - Kata Penandai dibaca seperti kata landai, pantai. Asal kata penandai dari andai, yang berarti dongeng dalam bahasa tertentu.- 

“Iya, akulah Sang Penandai, aku hidup dalam dongeng anak-anak. Sayang, kau tidak pernah memiliki masa kanak-kanak yang bahagia. Kau tidak punya orangtua yang menceritakan dongeng-dongeng indah sehingga kau tidak mengenaliku.”
(Hal. 33)

“Apa yang kau inginkan dariku.” Jim mulai ketakutan.
 
“Aku ingin kau hanya mempercayai satu kalimat saja : Pecinta sejati tidak akan menyerah sebelum kematian itu sendiri datang mejemput dirinya. Hanya itu. Dan sisanya, serahkan kepada waktu. Biarlah waktu yang menyelesaikan bagiannya. Maka dunia akan mendengarkan sebuah dongeng baru tentang cinta yang indah. Jim, dunia membutuhkan dongeng tersebut, Kaulah yang akan membuatnya.”
(Hal. 34 - 35)

Jim hanya bisa kebingungan dan menatap penuh heran atas kalimat-kalimat yang diucapkan oleh orang tua yang mengaku sebagai Sang penandai tersebut. Jim tetap bersikeras ingin bunuh diri dan menyusul Nayla.

Mudah saja sebenarnya jika Jim ingin mati, karena tidak lama setelah pemakaman Nayla, Pembunuh Bayaran Suku Beduin yang diutus oleh keluarga Nayla datang mencari Jim, bukan hanya mencarinya, namun juga berniat untuk membunuhnya. Yap, seharusnya jika memang Jim memiliki keberanian, Ia hanya harus menghadapi Suku Beduin dan dalam sekejap ia dapat menyusul Nayla karena pasti akan kalah dan tewas. Tetapi, ternyata Jim memang tidak seberani itu, Ia justru ketakutan, dan akhirnya meminta tolong kepada Sang Penandai untuk memberinya bantuan agar selamat.

Atas bantuan Sang Penandai, Jim pun dapat selamat melewati pasukan pembunuh bayaran dari suku Beduin. Sebenarnya, ada banyak pertanyaan yang hendak Ia sampaikan kepada Sang Penandai, namun Sang Penandai menolak untuk menjawab secara langsung. Sang Penandai menyuruh Jim untuk pergi menyelesaikan dongeng nya sendiri. 
"Aku tahu kau punya banyak pertanyaan. Ketahuilah, semakin bijak seseorang maka semakin banyak Ia memiliki pertanyaan yang tidak terjawab. Ah, kau jauh untuk bisa menjadi orang yang bijak, Jim. Oleh karena itu, banyak pertanyaanmu tentangku akan terjawab. Entah oleh siapa."
(Hal. 53)

Setelah itu, Jim mengikuti perintah dari Sang Penandai untuk ikut mengarungi samudera mencari tanah Harapan. Dan disinilah perjalan baru Jim dimulai bersama empat puluh armada kapal laut yang dipimpin oleh Laksamana Ramirez menuju Tanah Harapan dan juga bersama Pate, sahabat terbaiknya sepanjang perjalanan.
"Nah, sekarang pergilah ke kapal-kapal itu. Ikutilah mereka ke Tanah Harapan. Menjelajah tempat-tempat baru. Hari-hari baru. Mengarungi berbagai hal yang sedikit pun bahkan dalam mimpi tak pernah kau bayangkan sebelumnya."
(Hal. 54)

"Kau adalah sebenar-benarnya pemuda sekarang. Lupakan masa lalumu yang menyedihkan, lemah, bodoh, pengecut, dan hanya banyak mengeluh. Berubahlah. Belajar banyak."
(Hal. 54)

Bagaimana cara Jim menghadapi hari-hari nya setelah kematian Nayla? Naah, kalau ingin tahu, silahkan baca novelnya yaa 😄 . 
****

 
Novel ini akan mengajak pembaca untuk mengarungi samudera, memposisikan diri menjadi seorang pelaut. Tere Liye menyajikan cerita mengenai pelaut dengan sangat detail dan bagus sekali, berhasil membuat saya ingin berkeliling menjelajah lautan. Novel ini juga menyajikan cerita fantasi yang dibalut dengan dongeng. Penulis ingin mengajak pembaca untuk tetap melestarikan dongeng-dongeng yang mulai dilupakan, padahal dahulu, orang tua kita rajin sekali menceritakan sebuah dongeng sebagai pengantar tidur, terlepas dari sisi kebenaran dari ceritanya, tetapi dongeng selalu memiliki hikmah dan kebaikan-kebaikan yang patut ditiru dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan bahwa semua cerita pasti ada asal muasalnya. 

Karakter Jim di dalam cerita ini berkembang dengan sangat baik, dari karakter yang lemah, galau, dan ragu hingga menjadi seseorang yang memiliki keberanian. Tentunya bukan hal mudah, Jim harus melalui banyak hal, termasuk harus selalu mengenang bagaimana kisah cintanya dengan Nayla berakhir tragis di setiap malam yang harus dilaluinya. Awalnya saya kesel juga sama Jim, karena terlalu galau, tetapi akhirnya yaa seiring perkembangan karakternya, saya jadi bisa menikmati jalan ceritanya juga. Selain Jim, ada juga Pate dan Laksamana Ramirez. Karakter Pate dan Laksamana Ramirez di cerita pun cukup kuat, membuat saya sebagai pembaca selalu menantikan kehadiran Pate.
Sumber : http://www.imgrum.org/tag/sangpenandai
Oh iya, novel Sang Penandai sudah berganti wajah (sampul) dan judul. Kalau tidak salah, mulai tahun 2017 novel ini berganti judul menjadi "Harga Sebuah Percaya" dan dengan cover yang lebih berwarna cerah. Ceritanya sih sama, hanya berganti wajah dan judul agar terlihat lebih menarik lagi. Yap yap, jadi jangan bingung yaa. 😉

"Masalahnya semakin lama orang-orang semakin disibukkan akal sehat dan rasio. Dikalahkan oleh rutinitas dan ketakutan akan hidup itu sendiri. Dibutakan oleh batasan-batasan sesuatu yang masuk akal dan tidak masuk akal. Maka, hilanglah kepercayaan atas dongeng-dongeng itu."
(Hal. 258)
 
"Hanya sedikit orang di dunia ini yang tahu, pohon pisang tidak akan pernah mati walau ditebas ribuan kali. Ia akan terus tumbuh, merekahkan daun-daun baru. Lihatlah, pohon ini akan menumbuhkan pelepah daun barunya esok atau lusa. Karena itulah janji pohon pisang. Ia tak akan pernah mati sebelum berbuah. Sekali ia berbuah, maka saat kau tebas batangnya, pohonnya akan mati, akarnya akan layu."
(Hal. 256)

"Begitu pulalah seharusnya dongeng kita. Berjanjilah tak akan pernah mati sebelum menyelesaikan. Tidak akan. Sekali kita berhasil menyelesaikannya, maka tak masalah maut menjemput kapan saja."
(Hal. 257)

"Ingatlah, apa pun yang terjadi, apa pun yang menimpamu. Sekejam apa pun penderitaan yang kau hadapi. Sesulit apa pun ujian yang harus lewati, ingatlah kata bijak itu: Pecinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput dirinya. Selamat jalan, Jim. Selamat mengukir dongengmu. Berharaplah semesta alam bersamamu."
(Hal. 54)

Jadi, janganlah menyerah jika hari ini kamu kehilangan orang yang kamu sayangi. Percayalah, esok lusa kamu akan menemukan kebahagiaan dengan cara yang indah. Selamat Membaca dan menyelam di dunia fantasi nya Tere Liye. 😊 😉

Tidak ada komentar:

Posting Komentar