[Identitas
Buku]
Judul Buku : With or Without You
Penulis : Prisca Primasari
Penerbit : Gagas Media
Cetakan : Cetakan Ke-1
Tahun Terbit : 2016
Halaman : 234 Halaman
ISBN : 978-979-780-861-7
Harga : Rp. 57.000,-
Rating : 3.8 / 5 🌟
****
[Blurb]
Apa jadinya jika
Gris, pria pengkhayal dan pelupa itu, hidup tanpa Tulip yang penyabar dan
teratur? Dahulu, hal itu tak pernah terlintas di benaknya. Mereka saling
menyayangi dan seakan telah ditakdirkan untuk saling melengkapi.
Namun, hidup
selalu menyembunyikan sesuatu. Menjelang hari bahagia mereka, ketakutan
diam-diam menyusup di sudut hati Gris. Kecerobohannya mungkin akan membuat
Tulip pergi dari hidupnya.
Gris tak pernah
membayangkan itu terjadi karena selama ini keinginannya tak banyak: hanya ingin
membahagiakan Tulip dan tetap bersamanya. Namun, hidup selalu punya teka-teki.
Apa jadinya cinta tanpa kebersamaan? Bagaimana jika itu yang terbaik yang
ditawarkan hidup kepadamu?
Keresahan
menggelayuti hati Gris. Adakah kesempatan untuk mengubah akhir cerita menjadi
seperti seharusnya?
****
[Review]
“Even since I’ve met her, only good
things happen.” (Hal. 215)
With or Without
You menceritakan kisah cinta antara Gris dengan Tulip, keduanya akan
melaksanakan pernikahan tetapi justru ujian satu persatu hadir dan menguji
mereka berdua. Salah satunya adalah Gris yang dipecat dari pekerjaannya, mau
tidak mau sebagai seorang laki-laki, ia pasti mengalami perasaan takut karena tidak memiliki pekerjaan
tetap yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan Gris dan Tulip pasca menikah
nanti.
Tulip kaget
namun tidak membuat Gris tertekan lebih jauh lagi, Ia tetap optimis kalau Gris
akan secepatnya mendapatkan pekerjaan kembali. Namun berbeda dengan ibu Tulip
yang mau tidak mau resah serta cemas memikirkan anaknya yang akan menikah
dengan seorang pengangguran.
Selain Tulip dan
Gris, ada juga seorang tokoh bernama Flynn yang membawa aura misterius datang secara
mengejutkan, kemudian memberikan sebuah buku karya Edgar Allan Poe kepada Tulip
serta Gris dan menyelipkan sebuah alamat rumah Wilhelm Beauvoir ke dalamnya.
Gris ini tipe laki-laki yang menyukai buku-buku dan dunia misteri, sehingga
kehadiran Flynn meksipun aneh tetap saja menjadi hal menarik bagi Gris.
Cerita di novel
ini khas mba Prisca yang memang mahir sekali menyajikan cerita berlatar
belakang dongeng dan misteri. Alur ceritanya pun jelas dan simple, pembaca
diajak untuk memecahkan teka-teki yang disajikan di dalam novel ini. Sebagai
pembaca, saya dibuat gregetan oleh jalan cerita di novel ini karena ingin segera
tahu siapa sebenarnya Flynn dan apa maksud dari permainan yang sedang
dimainkannya, ingin cepat-cepat selesai, namun saya juga paham tidak mungkin
Gris yakin begitu saja untuk mengikuti permainan Flynn karena dia sendiri
sedang sibuk dengan urusan mencari pekerjaan. Setting tempat novel ini
menyajikan kota fiktif namun terasa manis dan horrornya pun dapat, penulis
memang berhasil memasukkan unsur dongeng ke dalam cerita ini.
Interaksi antara
Tulip dan Gris juga terjadi secara manis dan dewasa sehingga memberikan aura
ketenangan bagi pembacanya.
“Gris pernah
bilang, kebiasaan-kebiasaan Tulip bagaikan deretan buku yang diatur secara
alfabetis, di dalam rak buku yang tidak berdebu. Teratur. Rapi. Sesuai rencana.
Membosankan.
Namun, ‘rak
buku’ itu perlahan berubah setelah Gris masuk ke kehidupan Tulip. Gris menggoda
Tulip dengan mengacaukan jadwal-jadwalnya, memberi kejutan, bahkan mengusulkan
pergi ke tempat-tempat yang tidak pernah Tulip ketahui. Tadinya, Tulip mengira itu
bencana. Ternyata tidak. ‘Rak buku’ Tulip malah terlihat lebih hidup dan
semarak, seperti tebaran permen di tengah kado-kado ulang tahun.” (Hal. 15)
Sedangkan,
keberadaan Flynn di dalam novel ini memberikan warna bagi tokoh-tokoh lainnya,
Flynn ini tipe laki-laki yang ngeselin tapi ngegemesin..duuh 😍
“Percuma kalian
nebak-nebak. Pola pikirnya aneh, Flynn itu. Kalau mau tahu alasannya, kalian
mesti Tanya sendiri. Cuma … yah … kalau lagi nggak pengin ditemui, dia nggak
akan bisa ditemui. Sukanya keluyuran ke sana kemari. Tempat tinggalnya selalu
pindah-pindah nggak jelas.” (Kirana – Hal. 64)
Meskipun ada
beberapa hal yang kurang saya mengerti, seperti Tim Burton karena memang saya
belum pernah membaca buku karangannya Edgar Allan Poe *ampuun norak amat* 😂 ,
tetapi novel ini tetap layak untuk kamu baca.
Hal yang saya sukai dari novel
ini adalah permasalahan utama antara Gris dan Tulip dapat selesai berbarengan
dengan penyelesaian teka-teki yang diberikan oleh Flynn, selain itu juga tidak
adanya tokoh antagonis.
Novel ini memberikan pembaca untuk melihat beraneka ragam bentuk mencintai dan
kehilangan dari sudut pandang laki-laki. Novel ini cocok dibaca untuk kamu yang
menyukai cerita dibalut teka-teki atau msiteri, serta untuk kamu yang menyukai
dunia dongeng. Selamat Membaca! : ))
“Mencintai
selamanya. Mengenang selamanya.” (Tulip - Hal. 67)
“Katanya, ketika
kita berpisah dengan orang yang sangat dicintai, akan muncul luka sangat parah
yang menganga di hati, yang tidak akan bisa diobati kecuali kalau kita kembali
kepada orang itu.” (Gris – Hal. 133)
“Aku mempunyai
nama yang bukan milikku. Orang-orang sedih ketika melihatku, karena suatu saat
nanti, mereka akan berbaring sendirian bersamaku setiap hari. Apakah aku?” (Flynn-
Hal. 137)
Selamat Membaca
dan berimajinasi 😉
Tulisan
ini diikutsertakan dalam Tantangan Baca Buku Prisca dalam #bacabukuprisca